PEMERIKSAAN TTV (laporan praktek klinik)

Rabu, 12 Oktober 2011
LAPORAN PRAKTEK KLINIK TINDAKAN KETERAMPILAN PERAWATAN DASAR DENGAN PERASAT PEMERIKSAAN TTV (TANDA-TANDA VITAL) DI RUANG TERATAI 2 RS TNI AU SOEMITRO SURABAYA



Dosen Pembimbing : Munisah, S. ST

Disusun oleh :
Puspita Kumala Sari
NIM :
10.04.029
Semester / Kelas :
II/A





AKADEMI KEBIDANAN DELIMA PERSADA – GRESIK
TA 2010 – 2011

***


LEMBAR PENGESAHAN


Laporan hasil study tindakan Keterampilan Dasar Praktek Klinik (KDPK) pada Ny.W dengan diagnose 6 jam postpartum dengan perasat pemeriksaan TTV (Tanda-Tanda Vital) di ruang Teratai 2 RS TNI AU Soemitro Surabaya pada tanggal 5 Agustus 2011.

Laporan hasil study tindakan ini disusun oleh :
Nama : Puspita Kumala Sari
NIM : 10.04.029

Disetujui dan disahkan pada :
Hari :
Tanggal :



Mengetahui,


Pembimbing Akademik Pembimbing Ruangan


Munisah, S. ST


Mahasiswa


Puspita Kumala Sari
10.04.029

***


KATA PENGANTAR



Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang MAha Esa atas limpahan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan praktek semester II di RS TNI AU Soemitro Surabaya, yang bertujuan menerapkan ilmu meliputi KDPK dan ilmu penunjang lainnya. Dan tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Sri Utami, S. ST. M. Mkes selaku direktur AKBID Delima Persada Gresik.
2. dr. Mukti A Berlian, Sp. PD selaku kepala Rumah Sakit TNI AU Soemitro Surabaya.
3. Kepala ruangan dan pembimbing praktek di RS TNI AU Soemitro Surabaya.
4. Munisah, S. ST selaku pembimbing praktek di RS TNI AU Soemitro Surabaya.
5. Orang tua serta rekan – rekan mahasiswa yang telah memberikan dukungan dan doa.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Harapan penulis, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.





Surabaya, Agustus 2011


Penulis

***


DAFTAR ISI


HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI

BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
1.2.2 Tujuan khusus

BAB II Tinjauan Pustaka
2.1 Jenis Prasat
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Pengertian
2.2.2 Suhu
2.2.3 Nadi
2.2.4 Tekanan Darah
2.2.5 Pernapasan

BAB III Tinjauan Kasus
3.1 Pengumpulan Data
3.2.1 Identitas Pasien
3.2.2 Anamnesa
3.2 Data Obyektif
3.3 Prosedur Tindakan
3.3.1 Persiapan alat
3.3.2 Persiapan petugas
3.3.3 Persiapan pasien
3.3.4 Langkah-langkah
3.4 Pembahasan

BAB IV Penutup
4.1 Simpulan
4.2 Saran

DAFTAR PUSTAKA

***


BAB I
PENDAHULUAN


1.1 Latar Belakang
Keterampilan dasar praktek klinik merupakan salah satu ilmu yang mengulas semua tentang keterampilan dasar asuhan tindakan keterampilan dasar asuhan tindakan keperawatan dan kebidanan yang meliputi pemeriksaan fisik, tindakan pengobatan, pengaturan posisi dan kebutuhan dasar manusia.
Dalam kegiatan praktek klinik ini tenaga medis khususnya kami selaku mahasiswa diharapkan mampu melaksanakan keterampilan dasar praktek klinik pada situasi dan keadaan baik sehingga kami memiliki keterampilan kompetensi dan profesionalisme yang tinggi dalam memberikan tanggapan dalam kegiatan praktek ini kami akan mampu menjelaskan tentang kegiatan tindakan keperawatan yang telah kami laksanakan di Rumah Sakit TNI AU Soemitro Surabaya beserta kasus yang kami temukan di ruang BKIA yang telah kami susun dalam bentuk laporan tindakan.
Pemeriksaan TTV (tanda-tanda vital) dengan pengukuran suhu, nadi, pernapasan dan tekanan darah digunakan untuk mengetahui status kesehatan pasien.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
a. Mendokumentasikan kegiatan praktek klinik di Rumah Sakit TNI AU Soemitro Surabaya.
b. Menjelaskan prosedur tindakan keterampilan dasar praktek klinik (prasat) yang dilakukan di ruang Teratai 2 RS TNI AU Soemitro Surabaya.
1.2.2 Tujuan khusus
a. Melatih keterampilan dasar praktek klinik yang meliputi perawatan dasar baik secara langsung maupun tidak langsung.
b. Memeriksa status kesehatan pasien dengan pemeriksaan TT (tanda-tanda vital) pasien.

***


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA


2. 1 Jenis Perasat
Pemeriksaan TTV (tanda-tanda vital) yang meliputi suhu, nadi, pernapasan dan frekuensi tekanan darah.

2. 2 Landasan Teori
2.2.1 Pengertian
Tanda-tanda vital digunakan sebagai indikator dari status kesehatan, ukuran-ukuran ini menandakan keefektifan sirkulasi, respirasi, fungsi neural dan endokrin tubuh. Karena sangat penting, maka disebut dengan tanda vital.
Tanda vital merupakan cara yang cepat dan efisien untuk memantau kondisi klien atau mengidentifikasi masalah dan mengevaluasi respon klien terhadap intervensi.
(Patricia. Anne. 2005. Fundamental of nursing: concept, process, and practice (Edisi 4, volume 1) : 759)

2.2.2 Suhu
Suhu yang dimaksud adalah “panas” atau “dingin” suatu substansi. Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh proses tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Faktor yang mempengaruhi suhu tubuh :
a. Usia
Pada saat lahir, bayi meninggalkan lingkungan yang hangat, yang relatif konstan, masuk dalam lingkungan yang suhunya berfluktuasi dengan cepat. Mekanisme kontrol suhu masih imatur. Lansia mempunyai rentang suhu tubuh yang lebih sempit dari dewasa awal. Suhu oral 35°C tidak lazim pada lansia pada cuaca dingin namun, rentang suhu tubuh pada lansia sekitar 36°C.
b. Olahraga
Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplay darah dan pemecahan karbohidrat dan lemak. Hal ini menyebabkan peningkatan metabolisme dan produksi panas. Segala jenis olahraga dapat meningkatkan produksi panas akibatnya meningkatkan suhu tubuh.
c. Kadar hormon
Secara umum, wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih besar dibandingkan pria. Variasi hormon secara siklus menstruasi menyebabkan fluktuasi suhu tubuh.
d. Irama sirkadian
Suhu tubuh berubah secara normal 0,5° sampai 1°C selama periode 24 jam. Bagaimanapun, suhu merupakan irama paling stabil pada manusia. Suhu tubuh biasanya paling rendah antara pukul 1:00 dan 4:00 dini hari. Sepanjang hari suhu tubuh naik, sampai sekitar pukul 18:00 dan kemudian turun seperti pada dini hari.
e. Stres
Stress fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal dan persarafan, perubahan fisiologi tersebut meningkatkan panas.
f. Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Jika suhu dikaji dalam ruangan yang sangat hangat, klien mungkin tidak mampu meregulasi suhu tubuh melalui mekanisme pengeluaran panas dan suhu tubuh akan naik. Penyebaran efektif dan pengeluaran panas yang konduktif akan terjadi bila klien berada pada ligkungan luar tanpa baju hangat
(Patricia. Anne. 2005. Fundamental of nursing: concept, process, and practice (Edisi 4, volume 1) : 760)
Suhu normal
Suhu oral : 35,8°C-37,3°C
Suhu aksila : 36,9°C-37,1°C
Suhu rectal : 36,1°C-37,8°C
(Johnson, Ruth, dkk. 2004. Buku ajar praktik kebidanan)
2.2.3 Nadi
Nadi adalah aliran darah yang menonjol dan dapat diraba berbagai tempat pada tubuh. Nadi merupakan indikator status sirkulasi. Karakter nadi :
a. Frekuensi
FREKUENSI JANTUNG NORMAL
Usia Frekuensi jantung (denyut/nadi)
Bayi : 120-160
Toddler : 90-140
Prasekolah : 80-110
Usia sekolah: 75-100
Remaja : 60-90
Dewasa : 60-100
Dua jenis ketidaknormalan yang biasa terjadi pada frekuensi nadi adalah takikardia (diatas 100) dan brakikardia (dibwah 60).
b. Irama
Secara normal irama merupakan interval regular yang terjadi antara setiap denyut nadi atau jantung. Interval yang disela oleh denyut di awal atau di akhir atau tidak ada denyut menandakan irama tidak normal atau disritmia.
c. Kekuatan
Kekuatan nadi dapat tetap sama pada setiap denyut jantung. Kekuatan nadi dapat dikelompokkan atau digambarkan dengan kuat, lemah, berurutan atau bersamaan. Hal ini diikutsertakan selama pengkajian terhadap sistem pembuluh darah.
d. Kesamaan
Kedua nadi radialis dikaji untuk membandingkan karakterisktik masing-masing. Nadi pada satu ekstremitas mungkin tidak sama kekuatannya atau tidak ada pada kebanyakan keadaan sakit.
(Patricia. Anne. 2005. Fundamental of nursing: concept, process, and practice (Edisi 4, volume 1) : 781)

2.2.4 Pernapasan
Pernapasan adalah mekanisme tubuh menggunakan pertukaran udara antara atmosfir dengan darah serta darah dengan sel.
a. Mekanisme bernapas
Inspirasi adalah proses aktif. Selama inspirasi, pusat pernapasan mengirim impuls sepanjang nervus frenik, mengakibatkan difragma berkontrasksi. Ekspirasi merupakan proses pasif. Frekuensi dan kedalaman normal dari ventilasi, eupnea, di interupsi berdesau. Desau, napas lebih dalam yang panjang adalah mekanisme fisiologis protektif untuk mencegah udara bertukar di jalan udara kecil yang mengembang dengan alveoli selama bernapas normal.
b. Frekuensi
FREKUENSI PERNAPASAN RATA-RATA NORMAL
Usia Frekuensi
BBL : 35-40
Bayi 6 bln : 30-50
Toddler 2 th: 25-32
Anak-anak : 20-30
Remaja : 16-19
Dewasa : 12-20
c. Kedalaman ventilasi
Dikaji dengan mengobservasi derajat penyimpangan atau gerakan dinding dada dan menilai secara subyektif gerakan ventilator sebagai dalam, normal dan dangkal.
d. Irama ventilasi
Dengan bernapas normal interval regular terjadi setelah setiap siklus pernapasan. Irama pernapasan teratur dan tidak teratur.
(Patricia. Anne. 2005. Fundamental of nursing: concept, process, and practice (Edisi 4, volume 1) : 789)

2.2.5 Tekanan Darah
Tekanan darah merupakan kekuatan lateral pada dinding arteri oleh darah yang didorong dengan tekanan dari jantung. Merupakan indikator kardiovaskular. Kontraksi jantung mendorong darah dengan tekanan tekanan tinggi ke aorta. Puncak dari tekanan maksimum saat ejeksi terjadi adalah tekanan sistolik. Pada saat ventrikel relaks, daarah yang tetap dalam arteri menimbulkan tekanan diastolik atau minimum. Faktor yang mempengaruhi tekanan darah :
a. Usia
Tingkat normal tekanan darah bervariasi sepanjang kehidupan
TEKANAN DARAH NORMAL RATA-RATA
Usia Tekanan darah (mmHg)
BBL (300gr) : 85/54
1 bln : 40 (rerata)
1 th : 95/65
6 th : 105/65
10-13 th : 110/65
14-17 th : 120/75
Dewasa tengah: 120/80
Lansia : 140/90
b. Stres
Ansietas, takut, nyeri dan stress emosi mengakibatkan stimulasi simpatik, yang meningkatkan frekuensi darah, curah jantung dan tahanan vascular perifer.
c. Ras
Frekuensi hipertensi pada orang afrika amerika lebih tinggi daripada orang eropa amerika, diyakini berhubungan dengan genetik dan lingkungan.
d. Medikasi
Banyak medikasi yang secara langsung maupun tidak langsung, mempengaruhi tekanan darah. Contoh medikasi yang menurunkan tekanan darah adalah analgesik narkotik, yang dapat menurunkan tekanan darah.
e. Variasi durnal
Tingkat tekanan darah berubah-ubah sepanjang hari, biasanya rendah pada dini hari, secara berangsur-angsur naik menjelang siang dan sore, dan puncaknya pada senja hari atau malam
f. Jenis kelamin
Secara klinis tidak ada perbedaan yang signifikan dari tekanan darah pada anak laki-laki atau perempuan. Setelah pubertas, pria cenderung memiliki bacaan tekanan darah yang lebih tinggi. Setelah menopause, wanita cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi daripada pria pada usia tersebut.
(Patricia. Anne. 2005. Fundamental of nursing: concept, process, and practice (Edisi 4, volume 1) : 794)

***


BAB III
TINJAUAN KASUS


3.1 Pengumpulan Data
Tanggal masuk : 5 Agustus 2011 No. reg : 05-45-05
Jam : 06.00
3.1.1 Identitas Pasien
Nama pasien : Ny. W Nama suami : Ny. W
Usia : 26 tahun Usia : 27 tahun
Jenis kelamin : perempuan Jenis kelamin : laki-laki
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : Perguruan tinggi Pendidikan : Perguruan tinggi
Pekerjaan : Guru Pekerjaan : Guru
Alamat : Sukomoro, Nganjuk
3.1.2 Anamnesa
a. Keluhan utama
Ibu mengatakan telah melahirkan 6 jam yang lalu dan perut masih terasa mules.
b. Riwayat persalinan
1) Persalinan sekarang
a) Tempat melahirkan : RS TNI AU Soemitro
b) Jenis persalinan : Spt B
c) Penyulit persalinan : -
d) Penolong : Dokter dan bidan
Bayi
a) Lahir : 5-8-2011
b) BB / PB : 3600 gr / 48 cm
c) AS : 7-8
d) Cacat bawaan : (-)
e) Anus : (+)
f) Masa gestasi : 38-39 minggu
2) Persalinan yang lalu
(tabel)
Suami ke Anak ke kehamilan persalinan Bayi nifas KB
usia panyakit jenis penyulit tempat penolong L/P
BB/PB AS keadaan umur penyulit laktasi

1 HAMIL INI
2
3
4


c. Pola kebutuhan sehari-hari
NO KEBUTUHAN DASAR PENJELASAN
1. Nutrisi Sebelum persalinan : Makan 3x/hari 1 porsi, minum ±8 gelas/hari
Setelah persalinan : Makan 1x 1 porsi, minum ±2 gelas
2. Eliminasi Sebelum persalinan : BAK 4-5x/hari, BAB 1x/hari
Setelah persalinan : BAK 200 cc, BAB (-)
3. Istirahat dan tidur Sebelum persalinan : Tidur malam ± 7 jam, tidur siang ± 1 jam/hari
Setelah persalinan : Ibu baru tidur ± 3 jam setelah persalinan
4. Aktifitas Sebelum persalinan : aktifitas mengajar sudah dihentikan selain itu melakukan kegiatan IRT (memasak, menyapu dan menyuci)
Setelah persalinan : belum melakukan aktifitas apapun dan masih terbaring di tempat tidur
5. Personal higiene Sebelum persalinan : Mandi 2x/hari, ganti baju 2x/hari
Setelah persalinan : Ibu dimandikan di atas tempat tidur dan digantikan baju oleh petugas

3.2 Data Obyektif
Keadaan umum : cukup
Kesadaran : composmentis
TTV : TD :110/85 mmHg N : 85x/menit
S : 36°C RR : 23x/menit
Pemeriksaan fisik
Rambut : bersih (+)
uban (-)
Kepala : benjolan (-)
lesi (-)
Muka : icterus (-)
pucat (-)
Mata : conjungtiva anemis (-)
sklera icterus (-)
Hidung : polip (-)
pernapasan cuping hidung (-)
Mulut : karang gigi (+)
caries gigi (-)
Telinga : benda asing (-)
keluaran (-)
Leher : pembesaran kelenjar tirod (-)
Dada & thorax : ronchi (-)
wheezing (-)
Ketiak : pembesaran kelenjar limfe (-)
Payudara : bentuk : bulat & tegang
Putting susu : menonjol
Perut : hyperpigmentasi (-)
Linea nigra & striae (-)
Ekstremitas : reflek patella (+/+)
oedeme (-)

3.3 Prosedur Tindakan
3.3.1 Persiapan alat
a. Baki dan alasnya
b. Handscoon bersih pada tempatnya
c. Tensimeter
d. Stetoskop
e. Jam tangan yang ada jarum detiknya
f. Termometer aksila
g. Botol berisi air desinfektan
h. Botol berisi air sabun
i. Botol berisi air bersih
j. Tissue dalam tempatnya
k. Vaselin
l. bengkok
m. Waskom berisi larutan chlorine 0,5%
n. Format TTV, pensil blue red
3.3.2 Persiapan petugas
a. Memakai skort
b. Menyiapkan alat-alat dengan rapi
c. Mencuci tangan “7 langkah” dan mengeringkan dengan handuk kering
d. Mendekatkan alat-alat ke dekat pasien
3.3.3 Persiapan pasien
a. Memberi salam
b. Mengenalkan diri pada pasien/keluarga
c. Menjelaskan tujuan dilakukan tindakan
d. Memberitahu prosedur tindakan yang akan dilakukan
e. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin (Lying down). Jika pasien baru melakukan aktifitas, tunggu 30 menit.
3.3.4 Langkah-langkah
a. Memakai handscoon
1) Suhu aksila
a) Meminta pasien membuka pakaian atasnya
b) Bersihkan dan mengeringkan ketiak pasien dengan tissue
c) Memeriksa termometer aksila dan menurunkan air raksa sampai angka 35°C
d) Memasang thermometer di tengah-tengah ketiak pasien dan meminta pasien menjepit thermometer dengan lengannya lalu melipatkan lengan pasien ke dada
e) Menunggu ±5 menit
f) Mengangkat thermometer, kemudian dibersihkan dengan tissue dari atas kea rah reservoir
g) Membaca hasil
h) Menurunkan air raksa sampai angka 35°C
i) Membersihkan thermometer dengan mencelupkan ke botol secara beruntun (larutan desinfektan, air sabun, dan air bersih)
j) Mengeringkan dan mengembalikan pada wadahnya
2) Nadi
a) Meletakkan ujung 3 jari tengah pada arteri yang akan diukur, tekan dengan lembut
b) Menghitung jumlah denyut selama 1 menit penuh, dan mengamati jumlah volume (keras/lemah) serta irama (teratur/tidak). Bila nadi tidak teratur, ulangi pengukuran hingga 3x
3) Pernapasan
a) Menghitung naik turunnya dada klien (pernapasan) sambil memegang arteri radialis dan menekukkan ke dada pasien seperti menghitung denyut nadi (mengupayakan agar pasien tidak merasa seperti diobservasi)
b) Pasien tidak diajak bicara
c) Menghitung jumlah pernapasan selama 1 menit, dan mengamati kedalaman serta irama napas
4) Tekanan darah
a) Menggulung lengan baju ke atas
b) Letakkan lengan atas pasien sejajar dengan cara diganjal bantal. Telapak tangan menghadap ke atas
c) Meraba arteri brachialis dengan 2 ujung jari (telunjuk&jari tengah)
d) Memasang mancet ±2,5 cm di arteri tersebut, bagian tengah bladder dipasang di atas arteri dan mancet dipasang melingakari lengan atas dan rekatkan ujungnya
e) Memasang mancet tidak teerlalu erat atau terlalu longgar
f) Letak tensimeter harus datar dan tegak lurus agar sejajar dengan mata pemeriksa
g) Menggunakan stetoskop & meletakkan diafragma stetoskop di atas arteri brachial untuk mendapatkan suara yang maksimal
h) Membuka kunci reservoir dan menutup sekrup balon karet
i) Membuka balon shga udara masuk ke mancet sampai detak arteri tidak terdengar lagi, 30 mmHg di atas nilai sistolik
j) Membuka sekrup balon perlahan dengan kecepatan 2-3 mmHg/detik sambil melihat skala dan mendengarkan bunyi detak pertama (systole) dan detik terakhir (diastole)
k) Waktu membaca skala, pandangan mata sejajar manometer
l) Bila hasilnya meragukan diulang kembali, tunggu 30 detik
m) Menurunkan air raksa sampai 0 (nol) & mengunci reservoir
n) Melepaskan mancet dan mengeluarkan udara yang masih tertinggal di dalam mancet
o) Menggulung mancet dan memasukkan ke dalam tensimeter
b. Memberitahu pasien bahwa prasat sudah selesai dikerjakan
c. Merapikan pasien dan lingkungan
d. Masukkan tangan yang memakai handschoon ke dalam larutan chlorin 0,5% & lepas handschoon dengan cara terbalik
e. Membuang sampah & mengembalikan alat pada tempatnya
f. Petugas mencuci tangan “7 langkah” dan mengeringkan dengan handuk kering
g. Mencatat hasil kegiatan dalam format TTV
3.4 Pembahasan
Tindakan keperawatan dasar pemeriksaan TTV (tanda-tanda vital) yang meliputi pemeriksaan suhu, denyut nadi, pernapasan, dan tekanan darah sebagai indikator sirkulasi, respirasi, fungsi neural, endokrin, dan kardiovaskular tubuh yang dilakukan untuk mengetahui status kesehatan pasien. Tindakan tersebut telah dilakukan pada tanggal 6 agustus 2011 dengan keluhan 6 jam PP, sehingga klien harus dipantau melalui pemeriksaan TTV.

***


BAB IV
PENUTUP


4.1 Simpulan
Dalam melakukan suatu asuhan keperawatan pemeriksaan tanda-tanda vital sangat diperlukan. Karena dengan pemeriksaan tersebut kita dapat membuat beberapa diagnosa tentang apa yang dialami oleh klien (pasien). Ada beberapa pemeriksaan, diantaranya adalah pemeriksaan suhu, denyut nadi, pernafasan, dan tekanan darah. Tujuan melakukan pemeriksaan fisik adalah untuk mendapatkan data-data objektif yang nantinya akan dilanjutkan ketahap berikutnya yakni, diagnosa keperawatan.
4.2 Saran
Meskipun pengukuran tanda-tanda vital secara tidak langsung akan mendapatkan nilai yang kurang cermat, maka dalam pemeriksaan dan pengambilan data perlu dilakukan sebaik-baiknya untuk memonitor perkembangan tanda-tanda vital pasien serta untuk mencegah tindakan menyimpang dalam pengelolaan penyakit.

***


DAFTAR PUSTAKA


(Patricia, Anne. 2005. Fundamental of nursing: concept, process, and practice (Edisi 4, volume 1). Jakarta : EGC)
(Johnson, Ruth, dkk. 2004. Buku ajar praktik kebidanan. Jakarta : EGC)

0 komentar:

Posting Komentar