TUGAS KELOMPOK BKIA
MIOMA UTERI
RS TNI AU SOEMITRO SURABAYA
Pembimbing : Munisah S.ST
Disusun Oleh :
1. Puspita Kumala Sari
2. Qurrotul Azizah
3. Putri Ayu Aikmel
AKADEMI KEBIDANAN DELIMA PERSADA GRESIK
GRESIK TA : 2010 -2011
***
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan hasil study kasus mioma uteri di ruang BKIA RS TNI AU Soemitro Surabaya pada tanggal 1 Agustus 2011.
Laporan hasil study tindakan ini disusun oleh :
Nama : Puspita Kumala Sari (10.04.029)
Qurrotul Azizah (10.04.030)
Putri Ayu Aikmel (10.04.077)
Disetujui dan disahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Mengetahui,
Kepala Ruangan Pembimbing Ruangan
***
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas limpahan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan praktek semester II di RS TNI AU Soemitro Surabaya, yang bertujuan menerapkan ilmu meliputi KDPK dan ilmu penunjang lainnya. Dan tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Sri Utami, S. ST. M. Mkes selaku direktur AKBID Delima Persada Gresik.
2. dr. Mukti A Berlian, Sp. PD selaku kepala Rumah Sakit TNI AU Soemitro Surabaya.
3. Kepala ruangan dan pembimbing praktek di RS TNI AU Soemitro Surabaya.
4. Munisah, S. ST selaku pembimbing praktek di RS TNI AU Soemitro Surabaya.
5. Orang tua serta rekan – rekan mahasiswa yang telah memberikan dukungan dan doa.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Harapan penulis, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Surabaya, Agustus 2011
Penulis
***
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
1.2.2 Tujuan khusus
BAB II Tinjauan Pustaka
2.1 Jenis Prasat
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Pengertian
2.2.2 Patogenesis
2.2.3 Patologi anatomi
2.2.4 Komplikasi
2.2.5 Gejala dan tanda
2.2.6 Diagnosis
2.2.7 Pengobatan
2.2.8 Pengobatan paliatif
2.2.9 Radioterapi
BAB III Tinjauan Kasus
3.1 Pengumpulan Data
3.1.1 Identitas Pasien
3.1.2 Anamnesa
3.2 Data Obyektif
3.3 Pemeriksaan Penunjang
3.4 Assesment
3.5 Perencanaan
BAB IV Penutup
4.1 Simpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
***
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan optimal adalah dengan menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI). Mortalitas dan Mobiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah di negara berkembang. Kebutuhan reproduksi pria dan wanita sangat vital bagi pembangunan sosial dan pengembangan SDM. Pelayanan kesehatan tersebut dinyatakan sebagai bagian integral dan pelayanan dasar yang akan terjangkau seluruh masyarakat.
Salah satu penyakit sistem reproduksi wanita sejenis tumor yang paling sering ditemukan adalah mioma uteri. Mioma Uteri adalah Neo Plasma jinak berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan dikenal jiga istilah Fibronoma, leimioma ataupoun Fibrid.
Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche. Setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih bertumbuh. Di Indonesia, mioma uteri ditemukan 2.39% – 11.7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat.
Bila mioma uteri bertambah besar pada masa post menopause harus dipikirkan kemungkinan terjadinya degenerasi maligna (sarcoma) (Sastrawinata, 1988).
Dengan pertumbuhan mioma dapat mencapai berat lebih dari 5 kg. Jarang sekali mioma ditemukan pada wanita berumur 20 tahun, paling banyak berumur 35 – 45 tahun (25%). Pertumbuhan mioma diperkirakan memerlukan waktu 3 tahun agar dapat mencapai ukuran sebesar tinja, akan tetapi beberapa kasus ternyata tumbuh cepat. Mioma uteri ini lebih sering didapati pada wanita nulipara atau yang kurang subur (Saifuddin, 1999 dan 2000).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan pada ibu dengan gangguan kesehatan reproduksi yaitu mioma uteri.
1.2.2 Tujuan Khusus
1.2.2.1 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data pada klien dengan mioma uteri
1.2.2.2 Mahasiswa mampu melakukan analisa data pada ibu dengan mioma uteri.
1.2.2.3 Mahasiswa mampu membuat perencanaan tindakan pada ibu dengan mioma uteri.
1.2.2.4 Mahasiswa mampu melakukan rencana rencana yang telah disusun pada ibu dengan mioma uteri
1.2.2.5 Mahasiswa mampu mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan kepada ibu dengan mioma uteri.
1.2.2.6 Mahasiswa mampu mendekomentasi Asuhan Kebidanan pada ibu dengan mioma uteri.
***
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Mioma uteri adalah tumor jinak ginekologi yang paling sering dijumpai, ditemukan satu dari empat wanita usia reproduksi aktif (Robbins, 1997). Mioma uteri dikenal juga dengan istilah leiomioma uteri, fibromioma uteri atau uterin fibroid, ditemukan sekurang-kurangnya pada 20%-25% wanita di atas usia 30 tahun. Laporan lain dari suatu studi melalui pemeriksaan post mortem pada jenazah wanita menunjukkan angka kejadian mioma yang lebih tinggi yaitu mencapai 50% atau lebih (Djuwantono, 2004).
Sebagian besar kasus mioma uteri adalah tanpa gejala, sehingga kebanyakan penderita tidak menyadari adanya kelainan pada uterusnya. Diperkirakan hanya 20%-50% dari tumor ini yang menimbulkan gejala klinik, terutama perdarahan menstruasi yang berlebihan, infertilitas, abortus berulang, dan nyeri akibat penekanan massa tumor (Djuwantono, 2004).
Sampai saat ini penyebab pasti mioma uteri belum dapat diketahui secara pasti, namun dari hasil penelitian diketahui bahwa pertumbuhan dan perkembangan mioma uteri distimulasi oleh hormon esterogen dan siklus hormonal (Djuwantono, 2004).
Mioma uteri adalah suatu tumor jinak yang tumbuh dalam otot uterus. Mioma uteri bukanlah suatu keganasan dan tidak juga berhubungan dengan keganasan. Mioma bisa menyebabkan gejala yang luas termasuk perdarahan menstruasi yang banyak dan penekanan pada pelvis (Yuad, 2005).
2.2 Pathogenesis
Meyer dan De Snoo mengajukan teori cell nest atau teori genitoblast. Percobaan Lipschutz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat progesteron atau testosteron. Puukka dan kawan-kawan menyatakan bahwa reseptor estrogen pada mioma lebih banyak didapati daripada miometrium normal. Menurut Mayer asal mioma adalah sel imatur, bukan dari selaput otot yang matur.
2.3 Patologi Anatomi
Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uterus hanya 1-3%, sisanya adalah dari corpus uterus.
Menurut letaknya, mioma dapat kita dapati sebagai :
a. Mioma submukosum : berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus.
b. Mioma Intramural : mioma terdapat di dinding uterus diantara serabut miometrium.
c. Mioma subserosum : apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan uterus, diliputi oleh serosa.
Mioma submukosum dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian dilahirkan melalui saluran serviks (myom geburt). Mioma subserosum dapat tumbuh diantara kedua lapisan ligamentum lantum menjadi mioma intraligamenter. Mioma subserosum dapat pula tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus, sehingga disebut wandering atau parasitic fibroid. Jarang sekali ditemukan satu macam mioma saja dalam satu uterus. Mioma pada serviks dapat menonjol kedalam saluran serviks sehingga ostium uteri eksternum berbentuk bulan sabit. Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri atas berkas otot polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti konde atau pusaran air (whorl like pattern), dengan pseudocapsule yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak karena pertumbuhan sarang mioma ini. Pernah ditemukan 200 sarang mioma dalam satu uterus, namun biasanya hanya 5-20 sarang saja. Dengan pertumbuhan mioma dapat mencapai berat lebih 5 kg. Jarang sekali mioma ditemukan pada wanita berumur 20 tahun, paling banyak pada umur 35 sampai 45 tahun (±25%). Pertumbuhan mioma diperkirakan memerlukan waktu 3 tahun agar dapat mencapai ukuran sebesar tinju, akan tetapi beberapa kasus ternyata tumbuh cepat. Setelah menopause banyak mioma menjadi lisut, hanya 10% saja yang masih dapat tumbuh lebih lanjut.
Mioma uteri ini lebih sering didapati pada wanita nulipara atau yang kurang subur. Faktor keturunan juga memegang peran. Perubahan sekunder pada mioma uteri yang terjadi sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma.
Perubahan sekunder
1. Atrofi : sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi kecil.
2. Degenerasi Hialin : perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita berusia lanjut. Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil daripadanya seolah-olah memisahkan satu kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.
3. Degenerasu kistik : Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruang yang tidak teratur berisi seperti agar-agar, dapat juga terjadi pembekakan yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini tumor sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan.
4. Degenerasi membantu (calcireous degeneration) : Terutama terjadi pada wanita usia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto rontgen.
5. Degenerasi merah (carneous degeneration) : perubahan ini biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis : diperkirakan karena suatu nekrosis subakut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti daging mentah berwarna merah disebabkan oleh pigmen hemosiderin dan hemofusin.
6. Degenerasi lemak : jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi hialin.
2.4 Komplikasi
Degenerasi ganas
Mioma uteri yang menjadi leimiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari seluruh mioma; serta merupakan 50-70% dari semua sarcoma uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah di angkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.
Torsi (putaran tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torso, timbul gangguan sirkulsi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan – lahan, gangguan akut tidak terjadi. Hal ini hendaknya dibedakan dengan suatu keadaan dimana terdapat banyak sarang mioma dalam rongga peritoneum.
Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena gangguan sirkulasi darah padanya. Misal terjadi pada mioma yang dilahirkan hingga perdarahan berupa metroragia atau menoragia disertai leukore dan gangguan-gangguan yang disebabkan oleh infeksi dari uterus sendiri.
2.5 Gejala dan tanda
Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Gejala yang dikeluhkan sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada (serviks, intramural, submukus, subserus), besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi.
Gejala tersebut dapat digolongkan sebagai berikut.
Perdarahan abnormal. Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore, menoragia dan dapat juga terjadi metroragia. Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini, antara lain :
2.5.1 pengaruh ovarium sehingga terjadilah hyperplasia endometrium sampai adenokarsinoma endometrium.
2.5.2 permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasa.
2.5.3 atrofi endometrium di atas mioma submukosum
2.5.4 miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.
Rasa nyeri. Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Pada pengeluaran mioma submukoasum yang akan dilahirkan, pula pertumbuhannya yang menyempit kanalis servikalis dapat menyebabkan juga disminore.
Gejala dan tanda penekanan. Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuria, pada uretra dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rectum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe di panggul dapat menyebabkan edeme tungkai dan nyeri panggul.
Infertilitas dan abortus
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars interstisialis tuba, sedangkan mioma submukosum juga memudahkan terjadinya abortus oleh karena distorsi rongga uterus. rubin (1958) menyatakan bahwa apabila penyebab lain infertilitas sudah disingkirkan, dan mioma merupakan penyebab infertilitas tersebut, maka merupakan suatu indikasi untuk dilakukan miomektomi.
Mioma uteri dan kehamilan
Mioma uteri dapat mempengaruhi kehamilan, misalnya menyebabkan infertilitas; risiko terjadinya abortus bertambah karena distorsi rongga uterus; khususnya pada mioma submukosum; letak janin; menghalangi kemajuan persalinan karena letaknya pada serviks uteri; menyebabkan inersia maupun atonia uteri, sehingga menyebabkan perdarahan pasca persalinan karena adanya gangguan mekanik dalam fungsi miometrium; menyebabkan plasenta sukar lepas dari dasarnya; dan mengganggu proses involusi dalam nifas.
Memperhatikan hal-hal tersebut di atas adanya kehamilan pada mioma uteri memerlukan pengamatan yang cermat secara ekspektatif.
Kehamilan sendiri dapat menimbulkan perubahan pada mioma uteri, antara lain :
1. Tumor membesar terutama pada bulan-bulan pertama karena pengaruh estrogen yang kadarnya meningkat.
2. Dapat terjadi degenerasi merah pada waktu hamil maupun masa nifas seperti telah diutarakan di atas, yang kadang-kadang memerlukan pembedahan segera guna mengangkat sarang mioma.
3. Meskipun jarang mioma uteri bertangkai dapat juga mengalami torsi dengan gejala dan tanda sindrom abdomen akut.
2.6 Diagnosis
Seringkali penderita sendiri mengeluh akan rasa berat dan adanya benjolan pada perut bagian bawah. Pemeriksaan bimanual akan mengungkapkan tumor pada uterus yang umumnya terletak di garis tengah ataupun agak ke samping, seringkali teraba terbenjol-benjol.
Mioma intramural akan menyebabkan kavum uteri menjadi luas, yang ditegakkan dengan pemeriksaan uterus sonde. Diagnosis banding yang perlu kita pikirkan tumor abdomen di bagian bawah atau panggul ialah mioma subserosum dan kehamilan; Mioma submukosum yang dilahirkan harus dibedakan dengan inversio uteri; Mioma intramural harus dibedakan dengan suatu adenomiosis, khoriokarsinoma, karsinoma porporis uteri atau sarkoma uteri. USG abdominal dan transvaginal dapat membantu dan menegakkan dugaan klinis.
2.7 Pengobatan
Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah, 55% dari semua mioma uteri tidak membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk apapun, terutama apabila mioma itu masih kecil dan tidak menimbulkan gangguan atau keluhan. Walaupun demikian mioma uteri memerlukan pengamatan setiap 3 -6 bulan. Dalam menopause dapat terhenti pertumbuhannya atau menjadi lisut. Apabila terlihat adanya suatu perubahan yang berbahaya dapat terdeteksi dengan cepat agar dapat diadakan tindakan segera.
Dalam dekade terakhir ada usaha mengobati mioma uterus dengan GnRH agonist (GnRHa). Hal ini didasarkan atas pemikiran leiomioma uterus terdiri atas sel-sel otot yang diperkirakan dipengaruhi oleh estrogen. GnRHa yang mengatur reseptor gonadotropin di hipofisis akan mengurangi sekresi gonadotropin yang mempengaruhi leiomioma.
Pemberian GnRHa (buseriline asetator) selama 16 minggu pada mioma uteri menghasilkan degenerasi hialin di miometrium hingga uterus dalam keseluruhannya menjadi lebih kecil. Akan tetapi setelah pemberian GnRHa, dihentikan leiomioma yang lisut itu tumbuh kembali dibawah pengaruh estrogen oleh karena mioma itu masih mengandung reseptor estrogen dalam konsentrasi yang tinggi. Perlu diingat bahwa penderita mioma uteri sering mengalami menopause yang terlambat.
2.8 Pengobatan Operatif
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada mioma submukosum pada myom geburt dengan cara ekstirpasi lewat vagina. Pengambilan sarang mioma subserosum dapat mudah dilaksanakan apabila tumor bertangkai. Apabila miomektomi ini dikerjakan karena keinginan memperoleh anak, maka kemungkinan akan terjadi kehamilan 30-50 %.
Perlu disadari bahwa 25-35% dari penderita tersebut masih memerlukan histerektomi. Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya merupakan tindakan terpilih. Histerektomi dapat dilaksanakan per abdominam atau per vaginam. Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma servisis uteri. Histerektomi supravaginal hanya dilakukan apabila terdapat kesukaran teknis dalam mengangkat uterus keseluruhannya.
2.9 Radioterapi
Tindakan ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita mengalami menopause. Radioterapi ini pada umumnya hanya dikerjakan kalau terdapat kontra indikasi untuk tindakan operatif. Akhir-akhir ini kontra indikasi tersebut makin berkurang. Radioterapi hendaknya hanya dikerjakan apabila tidak ada keganasan pada uterus.
***
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengumpulan Data
Tanggal : 01-8-2011 Pukul : 07.35
3.1.1 Identitas Pasien
Nama : NY “M.P”
Umur : 44 th
Tgl lahir : 3 April 1967
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Bandarejo 4 Tengah RT. 4 RW. 5
3.1.2 Anamnesa
a. Keluhan utama : Ibu merasa nyeri di perut sejak 5 tahun yang lalu
b. Riwayat Menstruasi
1. Menarche : 13 tahun
2. Siklus : 28 hari
3. Lamanya : 7 hari
4. Banyaknya : 10 pembalut/sehari
5. Warna darah : merah
6. Sifat darah : encer
7. Dismenore : ya
8. Teratur/tidak : tidak teratur
9. Flour albus : tidak
10. HPHT : 16 Juli 2011
c. Riwayat Kesehatan Klien
1. Jantung : tidak ada
2. Hepatitis : tidak ada
3. Hipertensi : tidak ada
4. Gangguan siklus haid : tidak ada
5. DM : tidak ada
6. TBC : tidak ada
7. Asma : tidak ada
8. Tumor : tidak ada
9. Kanker : tidak ada
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
1. Jantung : tidak ada
2. Tumor : tidak ada
3. Kanker : tidak ada
4. Gangguan siklus haid : tidak ada
5. DM : tidak ada
6. Hepatitis : tidak ada
7. Hipertensi : tidak ada
8. TBC : tidak ada
9. Lain-lain : tidak ada
e. Status Perkawinan
Kawin : ya
Berapa lama : 16 tahun
Usia perkawinan : 16 tahun
Berapa kali menikah : 1 kali
f. Riyawat Persalinan yang lalu
1. Perempuan/spt B/2500 gr/50 cm/bidan/RS X, umur anak sekarang 16 tahun
2. Perempuan/spt B/3100 gr/50 cm/bidan/RS X, umur anak sekarang 9 tahun
3.2 Data Obyektif
Keadaan umum : cukup
Kesadaran : composmentis
TTV : TD : 131/81 mmHg S : 36,5 ° C
N : 77x/menit RR : 20x/menit
Pemeriksaan fisik
Rambut : warna : hitam beruban (-)
rontok (-)
Kepala : benjolan (-)
lesi (-)
Muka : icterus (-)
hyperemia (-)
oedeme (-)
pucat (-)
Mata : conjungtiva : merah muda
sklera : tidak icterus
Hidung : polip (-)
pernapasan cuping hidung (-)
Mulut : karang gigi (+)
caries gigi (-)
stomatitis (-)
lidah pucat (-)
lidah kotor (-)
Telinga : benda asing (-)
keluaran (-)
Leher : pembesaran kelenjar tirod (-)
Dada : ronchi (-)
wheezing (-)
Ketiak : pembesaran kelenjar limfe (-)
Payudara : benjolan (-)
nyeri (-)
pengeluaran dari puting (-)
Perut : benjolan (-)
nyeri (-)
Genetalia : kebersihan (+)
varises pada vulva (+)
keluaran darah / lendir (+)
Anus : tidak ada hemoroid
Ekstremitas : reflek patella (+/+)
oedeme (-)
varises (-/-)
3.3 Pemeriksaan Penunjang
3.2.1 USG
3.2.2 Biopsi
3.2.3 Hb
3.6 Assesment
3.6.1 Diagnosa : Mioma uteri
3.6.2 Masalah : Tidak ada
3.6.3 Diagnosa potensial : Tidak ada
3.7 Perencanaan
3.7.1 Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu
Rasional : Agar ibu mengetahui kondisi kesehatannya.
Evaluasi : Ibu mengetahui bahwa dirinya menderita tumor kandungan.
3.7.2 Menganjurkan ibu melakukan USG
Rasional : Untuk mengetahui besarnya tumor dan tingkat keganasan tumor.
Evaluasi : Ibu mau melakukan USG
3.7.3 Memberikan KIE pada ibu
a. Bersabar dalam menghadapi sakit
b. Mengurus JPS untuk meringankan biaya
c. Memberi keyakinan dan support bahwa sakitnya bisa sembuh
d. Menjaga nutrisi tetap baik
e. Menjaga kondisi tubuh tetap sehat
f. Mengurangi aktivitas
Rasional : Agar ibu sabar dan siap menghadapi sakit dan kondisi ibu tetap fit sampai pengobatan selanjutnya.
Evaluasi : Ibu mengerti dan mau mengikuti anjuran petugas
3.5.4 Dianjurkan ibu untuk kontrol besok pagi sambil membawa hasil USG
***
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Dari uraian tentang masalah penerapan manajemen kebidanan dalam memberikan asuhan kebidanan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
Dalam melakukan pengkajian diperlukan komunikasi yang baik dan dapat membangun hubungan saling percaya antar klien dengan bidan. Dalam menganalisa data dengan cermat maka dapat dibuat diagnosa, masalah, dan kebutuhan klien yang sesuai.
Dalam menyusun rencana tindakan asuhan tidak mengalami kesulitan jika ada kerja sama yang baik dengan klien. Pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan prioritas masalah dan disadarkan pada perencanaan tindakan yang disusun. Hasil evaluasi dan kegiatan yang telah dilaksanakan merupakan penilaian tentang keberhasilan asuhan kebidanan dan pelaksanaan diagnosa.
4.2 Saran
4.2.1 Bagi petugas, bidan dalam fungsinya sebagai pelaksana pelayanan kebidanan harus meningkatkan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki serta harus memiliki kerja sama yang baik dengan petugas kesehatan yang lain dengan klien dan keluarga.
4.2.2 Bagi klien/pasien, pasien harus dapat bekerja sama dengan baik pada petugas/tenaga kesehatan agar keberhasilan dalam asuhan kebidanan dapat tercapai serta semua masalah pasien dapat terpecahkan.
4.2.3 Bagi rumah sakit, rumah sakit harus berusaha untuk mempertahankan pelayanan yang sudah ada dan selalu berusaha untuk memberikan pelayanan yang terbaik untuk pasien.
***
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, sarwono. 2007. Hal: 338. Ilmu kandungan edisi 2 cetakan 5. Jakarta : Yayasan bina pustaka.
Djuwantono T. 2004. Terapi GnRH Agonis Sebelum Histerektomi atau Miomektomi. Farmacia. Vol III NO. 12. Jakarta : 2004
Robbins SL, Kumar V. Buku ajar Patologi II. Edisi Ke-4. Jakarta : EGC, 1995
Yuad, haviz . 2005 . Miomectomi Pada Kehamilan . Universitas Andalas bagian obstetri dan ginekologi FK Unand/ BLU RSUP dr. M. Djamil Padang
Manuaba, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta. EGC.
Mochtar Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC.
Prayetni, 1996. Asuhan Kebidanan pada Ibu dengan Gangguan Sistem Reproduksi. Jakarta. Pusdiknakes : Depkes RI.
Saifuddin, AB. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Saifuddin, AB. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
film
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar