TUJUAN PEMBAHASAN
Tingginya angka kematian bayi di Indonesia dapat diminimalisir salah satunya dengan melaksanakan rawat gabung (rooming in), bahkan infeksi nosokomial pada penatalaksanaan rawat gabung dapat kita tekan. Rawat gabung (rooming in) adalah satu cara perawatan di mana ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisahkan, melainkan ditempatkan dalam sebuah ruangan, kamar atau tempat bersama-sama selama 24 jam penuh dalam seharinya.
Pembahasan ini ditujukan untuk memberikan pengetahuan secara luas mengenai rawat gabung kepada pembaca dengan harapan yang besar dapat mengurangi angka morbiditas dan mortalitas serta mewujudkan kesejahteraan ibu dan bayi.
***
PEMBAHASAN
A. Definisi Rawat Gabung
Sistem rawat bayi yang disatukan dengan ibu sehingga ibu dapat melakukan semua perawatan dasar bagi bayinya. Bayi bisa tinggal bersama ibunya dalam satu kamar sepanjang siang maupun malam hari sampai keduanya keluar dari rumah sakit atau bayi dapat dipindahkan ke bangsal neonatus atau ruang observasi pada saat-saat tertentu. Seperti pada malam hari atau pada jam-jam kunjungan besok.
(Farrer, 1999: 180)
Suatu sistem perawatan di mana bayi serta ibu dirawat dalam satu unit. Dalam pelaksanaannya bayi harus selalu berada di samping ibu sejak segera setelah dilahirkan sampai pulang.
(Prawirohardjo, 2007:266)
“the best possible structure in the hospital for facilitating mother-infant attachment, bonding, parenting, and the family unit is rooming-in”
“cara terbaik rumah sakit untuk memfasilitasi ibu dan bayi dalam attachment, bonding, parenting serta unit keluarga disebut rawat gabung”
(Varney 1987:651)
B. Tujuan Rawat Gabung
1. Bantuan emosional
Setelah menunggu selama sembilan bulan dan setelah lelah dalam proses persalinan si ibu akan sangat senang bahagia bila dekat dengan bayi. Si ibu dapat membelai-belai bayi, mendengar tangis bayi, mencium-cium dan memperhatikan bayinya yang tidur di sampingnya. Hubungan kedua makhluk ini sangat penting untuk saling mengenal terutama pada hari-hari pertama setelah persalinan. Bayi akan memperoleh kehangatan tubuh ibu, suara ibu, kelembutan dan kasih sayang (bonding effect).
(Prawirohardjo, 2007:266)
“The setting is ideal for a new, inexperienced mother not only to learn how to care for her baby but also to get to know her baby and how it communicates with her through body movement and vocal noises. The experienced mother also benefits from rooming-in and learning the individuality and communication style of this baby. Rooming-in makes the transition from hospital to home a gradual and natural one instead of shock.”
“Cara ini sangat ideal untuk seorang ibu, untuk ibu yang tidak berpengalaman tidak hanya belajar bagaimana merawat bayinya tetapi juga mengenal bayinya dan bagaimana berkomunikasi dengan gerakan tubuh dan suara. Para ibu yang berpengalaman juga belajar gaya individualitas dan komunikasi bayi. Rooming-in membuat transisi dari rumah sakit ke rumah melalui satu tahap alami dan menghindari syok.”
(Varney 1987:651)
2. Penggunaan ASI
ASI adalah makanan bayi yang terbaik. Produksi ASI akan lebih cepat dan lebih banyak bila dirangsang sedini mungkin dengan cara menetekkan sejak bayi lahir hingga selama mungkin. Pada hari-hari pertama, yang keluar adalah colostrum yang jumlahnya sedikit. Tidak perlu khawatir bahwa bayi akan kurang minum, karena bayi harus kehilangan cairan pada hari-hari pertama dan absorpsi usus juga sangat terbatas.
(Prawirohardjo, 2007:266)
“Rooming-in also is the ideal setting for breastfeeding (because the mother can respond when the baby is hungry and nurse frequently to stimulate lactation), to involve the father, and begin parenting.”
“Rooming-in juga cara yang ideal untuk IMD (karena ibu dapat merespon ketika bayi lapar dan perawat sering membantu merangsang laktasi secara sering), untuk melibatkan ayah, dan mulai mengasuh.”
(Varney 1987:652)
3. Pencegahan infeksi
Pada tempat perawatan bayi di mana banyak bayi disatukan, infeksi silang sulit dihindari. Dengan rawat gabung, lebih mudah mencegah infeksi silang. Bayi yang melekat pada kulit si ibu akan memperoleh transfer antibosi dari si ibu. Kolostrum yang mengandung antibody dalam jumlah tinggi, akan melapisi seluruh permukaan kulit dan saluran pencernaan bayi, dan diserap oleh bayi sehingga bayi akan mempunyai kekebalan yang tinggi. Kekebalan ini akan mencegah infeksi terutama pada diare.
4. Pendidikan kesehatan
Kesempatan melaksanakan rawat gabung dapat dimanfaatkan untuk memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu, terutama primipara. Bagaimana teknik menyusui, memandikan bayi, merawat tali-pusat, perawatan payudara dan nasihat makanan yang baik, merupakan bahan-bahan yang diperlukan si ibu. Keinginan ibu untuk bangun dari tempat tidur, menggendong bayi dan merawat sendiri akan mempercepat mobilisasi, sehingga ibu akan lebih cepat pulih dari persalinan.
(Prawirohardjo, 2007:266)
Pada situasi normal, rawat gabung ibu-bayi dapat mengurangi morbiditas dan mortalitas neonatus; tujuannya agar ibu-bayi meningkatkan hubungan batinnya sejak kelahiran; ibu selalu dapat merawat bayinya dan memberikan ASI on call/on demand; dapat mengurangi terjadinya abses mama dan kemungkinan karsinoma mama; petugas kesehatan dapat langsung memberikan petunjuk tentang berbagai masalah kala nifass sehingga dapat dilalui dengan aman dan bersih.
Pada keadaan abnormal, dengan rooming-in panas badan bayi dapat dipertahankan sehingga mengurangi morbiditas dan mortalitas; petugas kesehatan dapat memberikan nasehat mengenai kebersihan diri, vulva, payudara, puting susu, istirahat cukup, latihan mengembalikan otot diafragma pelvis dan perut, gizi sehat untuk laktasi, masalah hubungan seksual pasca persalinan serta keluarga berencana yang dianjurkan post partum.
(Manuaba, I.B.G, dkk. 2007:370)
Menurut jurnal penelitian yang diajukan pada Kongres Nasional Perkumpulan Perinatologi Indonesia (Perinasia) II, 27-29 Maret 1986 di Surabaya menunjukkan bahwa bayi yang dirawat gabung tidak menghasilkan kadar serum bilirubin dan penurunan berat badan yang berbeda dibandingkan dengan bayi yang dirawat pisah pada hari ketiga kehidupannya, sedang intensitas hiperbilirubinemia tak berhubungan dengan penurunan berat badan. Episode gastroenteritis tak dijumpai pada bayi yang dirawat gabung.
(Asparin, dkk, 1986:200)
C. Kelemahan Rawat Gabung
Ada satu kerugian yang terdapat (tapi dapat dicegah) pada rawat gabung. Jika ibu tidak berdisiplin dalam menggunakan setiap kesempatan untuk beristirahat, ia akan menyia-nyiakan waktu istirahatnya dan menjadi terlalu lelah. Jika perawat menyadarinya dan membantu mengatur istirahat ibu, problem seperti ini tidak akan terjadi.
(Farrer, 1999: 182)
D. Pelaksanaan Rawat Gabung
Sebagai pedoman penatalaksanaan rawat gabung telah disusun tata kerja sebagai berikut.
Di poliklinik Kebidanan: memberikan penyuluhan mengenai kebaikan ASI dan rawat gabung; memberikan penyuluhan mengenai perawatan payudara, makanan ibu hamil, nifas, perawatan bayi, dan lain-lain; mendemonstrasikan pemutaran film, slide mengenai cara-cara merawat payudara, memandikan bayi, merawat tali-pusat, Keluarga Berencana dan sebagainya; mengadakan ceramah, tanya jawab dan motivasi Keluarga Berencana; menyelenggarakan senam hamil dan nifas; membantu ibu-ibu yang mempunyai masalah-masalah dalam hal kesehatan ibu dan anak sesuai dengan kemampuan; membuat laporan bulanan mengenai jumlah pengunjung, aktifitas, hambatan dan lain-lain.
Di kamar bersalin: bayi yang memenuhi syarat perawatan bergabung dilakukan perawatan bayi baru lahir seperti biasa. Adapun kriteria yang diambil sebagai syarat untuk dapat dirawat bersama ibunya ialah: nilai Apgar lebih dari 7; berat badan lebih dari 2500, kurang dari 4000 gram; masa kehamilan lebih dari 36 minggu, kurang dari 42 minggu; lahir spontan presentasi kepala; tanpa infeksi intrapartum; ibu sehat. Dalam jam pertama setelah lahir, bayi segera disusukan kepada ibunya untuk merangsang pengeluaran ASI; memberikan penyuluhan mengenai ASI dan perawatan bergabung terutama bagi yang belum mendapat penyuluhan di poliklinik; mengisi status P3-ASI secara lengkap dan benar. Catat pada lembaran pengawasan, jam berapa bayi baru lahir dan jam berapa bayi disusukan kepada ibunya; persiapan agar ibu dan bayinya dapat bersama-sama ke ruangan.
Di ruang perawatan: bayi diletakkan di dalam tempat tidur bayi yang ditempatkan di samping tempat tidur ibu. Pada waktu berkunjung bayi dan tempat tidurnya dipindahkan ke ruangan lain; perawat haarus memperhatikan keadaan umum bayi dan dapat dikenali keadaan-keadaaan yang tidak normal serta kemudian melaporkan kepada dokter jaga; bayi boleh menyusu sewaktu ia menginginkan; bayi tidak boleh diberi diberi susu dari botol. Bila ASI masih kurang, boleh menambahkan air putih atau susu formula dengan sendok; ibu harus dibantu untuk dapat menyusui bayinya dengan baik, juga untuk merawat payudaranya; keadaan bayi sehari-hari dicatat dalam status P3-ASI; bila bayi sakit/perrlu observasi lebih teliti, bayi dipindahkan ke ruang peraatan bayi baru lahir; bila ibu dan bayi boleh pulang, sekali lagi diberi penerangan tentang cara-cara merawat bayi dan pemberian ASI serta perawatan payudara dan makanan ibu menyusui. Kepada ibu diberikan leaflet mengenai hal tersebut dan dipesan untuk memeriksakan bayinya 2 minggu kemudian; status P3-ASI setelah dilengkapi, dikembalikan ke ruangan follow up.
Di ruang follow-up: pemeriksaan di ruangan follow up meliputi pemeriksaan bayi dan keadaan ASI. Aktivitas-aktivitas di ruangan follow up: menimbang berat bayi; anamnesis mengenai makanan bayi yang diberikan dan keluhan yang timbul; mengecek keadaan ASI; memberikan nasihat mengenai makanan bayi, cara menyusukan bayi; pemeriksaan bayi oleh dokter Anak; pemberian imunisasi menurut instruksi dokter.
(Prawirohardjo, 2007:267)
Tenaga kesehatan harus melihat dan memeriksa bayi dalam rawat–gabung setiap hari untuk mengetahui apakah bayi tersebut tetap dalam keadaan baik, atau perlu mendapat pengobatan tertentu, atau perlu dipindahkan ke tempat perawatan bayi yang intensif.
1. Pemantauan keadaan bayi selama bayi dirawat
Bidan/perawat yang bekerja di bangsal bayi harus mengetahui ciri-ciri bayi yang normal, supaya ia dapat mengenal segera perubahan tingkah-lakunya dan kemajuan/kemunduran kesehatannya, dan membuat catatan serta laporan kepada dokter. Hal ini sangat membantu dokter yang bekerja di tempat perawatan bayi untuk melakukan tindakan dan pemeriksaan yang perlu guna menolong bayi tersebut. Pengamatan ditujukan terhadap:
a. Keadaan umum: bayi yang sehat tampak kemerah-merahan, aktif, tonus otot baik, menangis kuat, minum baik, suhu tubuh 36oC – 37oC. hal-hal yang menyimpang dari keadaan ini dianggap tidak normal.
b. Suhu tubuh paling kurang diukur satu kali sehari
c. Menimbang berat badan sebaiknya dilakukan setiap hari
d. Tinja yang berbentuk mekonium berwarna hijau tua yang telah berada di saluran pencernaan sejak janin berumur 16 minggu, akan mulai keluar dalam waktu 24 jam; pengeluaran ini akan berlangsung sampai hari ke 2-3.
e. Air kencing: bila kandung kencing belum kosong pada waktu lahir, air kencing akan keluar dalam waktu 24 jam.
f. Perubahan warna kulit
g. Pada perubahan pernafasan. Pada setiap gangguan pernapasan harus dilakukan foto paru.
h. Hal-hal lain: bila bayi muntah, perlu dicatat jumlah, warna, konsistensi yang dikeluarkan, cara muntah, apakah ada hubungannya dengan pemberian minum, gangguan di saluran pencernaan.
2. Pemantauan keadaan bayi sehari-hari
a. Mata bayi harus selalu diperiksa untuk melihat tanda-tanda infeksi
b. Mulut diperiksa untuk kemungkinan infeksi dengan kandida (oral trush).
c. Kulit, terutama di lipatan-lipatan (paha, leher, belakang telinga, ketiak), harus selalu bersih dan kering.
d. Tali-pusat pada umumnya akan puput pada waktu bayi berumur 6-7 hari. Bila tali-pusat belum puput (lepas) maka setiap sesudah mandi tali-pusat harus dibersihkan dan dikeringkan.
e. Kain popok harus segera diganti setiap kali basah karena air kencing atau tinja. Pantat bayi dibersihkan dengan air steril atau air bersih dan kemudian dikeringkan.
f. Sebelum tali-pusat lepas, sebaiknya bayi diseka saja dengan air steril atau air matang, bubuhkan obat antiseptik yang dapat membunuh kuman gram negatif/positif bila memungkinkan.
(Latief, 1985:1156)
E. Syarat Rawat Gabung
Pada prinsipnya syarat rawat gabung adalah di mana si ibu mampu menyusui dan si bayi mampu untuk menyusu. Kemampuan si ibu untuk menyusui dimulai dengan keinginan atau kesediaan yang berupa motivasi si ibu sendiri untuk menyusui. Disinilah pentingnya motivasi diberikan sejak awal kehamilan. Keadaan ibu yang sehat selalu memungkinkan si ibu untuk menyusui. Penolong persalinan harus cukup terlatih untuk menilai apakah ibu dan bayi mampu menyusui setelah proses persalinan.
(Prawirohardjo, 2007:268)
F. Kontra Indikasi Rawart Gabung
Pihak ibu
1. Fungsi kardiorespiratorik yang tidak baik
2. Eklampsia dan preklampsia berat. Keadaan ibu biasanya tidak baik dan pengaruh obat-obatan unuk mengatasi penyakit biasanya menyebabkan kesadaran menurun sehingga sementara ibu belum sadar betul. Tidak diperbolehkan ASI dipompa dan siberikan pada bayi.
3. Penyakit infeksi akut dan aktif, dikhawatirkan bahaya penularan pada bayi.
4. Karsinoma payudara. Pasien dengan karsinoma payudara harus dicegah jangan sampai ASInya keluar karena mempersulit penilaian penyakitnya. Apabila menyusi ditakutkan adanya sel-sel kasrsinoma yang terminum si bayi.
5. Psikosis: tidak dapat dikontrol keadaan jiwa si ibu bila menderita psikosis. Meskipun pada dasarnya ibu sayang pada bayinya, tetapi selalu ada kemungkinan penderita psikosis membuat cedera pada bayi.
Pihak bayi
1. Bayi kejang. Ada bahaya aspirasi, bila kejang timbul saat bayi menyusu.
2. Bayi yang sakit berat
3. Bayi yang memerlukan observasi atau terapi khusus
4. Very Low Birth Weight (Berat Badan Lahir Sangat Rendah). Refleks mengisap dan refleks lain pada VLBW belum baik sehingga tidak mungkin untuk menyusu dan dirawat gabung.
5. Cacat bawaan. Diperlukan persiapan mental si ibu belum pulih kesadarannya. Untuk menerima keadaan bahwa bayinya cacat. Cacat bawaan yang mengancam jiwa si bayi merupakan kontra indikasi mutlak.
6. Kelainan metabolik di mana bayi tidak dapat menerima ASI.
(Prawirohardjo, 2007:268)
G. Kesulitan Rawat Gabung
1. Kasus tidak terdaftar belum memperoleh penyuluhan sehingga masih takut untuk menerima rawat gabung.
2. Kekurangan tenaga pelaksana untuk penyuluhan dan pendidikan kesehatan untuk mencapai tujuan yang maksimal.
3. Secara terpaksa masih digunakan susu formula untuk keadaan-keadaan di mana ASI sangat sedikit; ibu yang mengalami tindakan operatif dan belum pulih kesadarannya.
(Prawirohardjo, 2007:269)
***
DAFTAR PUSTAKA
Farrer, Helen. 1999. Perawatan Maternitas edisi 2. Jakarta : EGC
Latief, Abdul. Dr. 1985. Ilmu Kesehatan Anak (Cet.IV). Jakarta : Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
Manuaba, I.B.G, dkk. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu Kebidanan (Cet.IX). Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Varney, Hellen. 1987. Varney’s Midwifery. Boston: Blackwell Scientific
Jurnal Penelitian :
Asparin, dkk. 1986. Rawat Gabung Di Rumah Sakit Umum Pusat Dr. Sardjito. Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada.
film
pita's house .::stikes delima persada::.
RAWAT GABUNG (ROOMING-IN)
Diposting oleh
pita's house .::stikes delima persada::.
di
17.54
Kamis, 26 Januari 2012
MIOMA UTERI beserta contoh tinjauan kasus
Diposting oleh
pita's house .::stikes delima persada::.
di
02.40
Minggu, 01 Januari 2012
TUGAS KELOMPOK BKIA
MIOMA UTERI
RS TNI AU SOEMITRO SURABAYA
Pembimbing : Munisah S.ST
Disusun Oleh :
1. Puspita Kumala Sari
2. Qurrotul Azizah
3. Putri Ayu Aikmel
AKADEMI KEBIDANAN DELIMA PERSADA GRESIK
GRESIK TA : 2010 -2011
***
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan hasil study kasus mioma uteri di ruang BKIA RS TNI AU Soemitro Surabaya pada tanggal 1 Agustus 2011.
Laporan hasil study tindakan ini disusun oleh :
Nama : Puspita Kumala Sari (10.04.029)
Qurrotul Azizah (10.04.030)
Putri Ayu Aikmel (10.04.077)
Disetujui dan disahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Mengetahui,
Kepala Ruangan Pembimbing Ruangan
***
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas limpahan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan praktek semester II di RS TNI AU Soemitro Surabaya, yang bertujuan menerapkan ilmu meliputi KDPK dan ilmu penunjang lainnya. Dan tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Sri Utami, S. ST. M. Mkes selaku direktur AKBID Delima Persada Gresik.
2. dr. Mukti A Berlian, Sp. PD selaku kepala Rumah Sakit TNI AU Soemitro Surabaya.
3. Kepala ruangan dan pembimbing praktek di RS TNI AU Soemitro Surabaya.
4. Munisah, S. ST selaku pembimbing praktek di RS TNI AU Soemitro Surabaya.
5. Orang tua serta rekan – rekan mahasiswa yang telah memberikan dukungan dan doa.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Harapan penulis, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Surabaya, Agustus 2011
Penulis
***
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
1.2.2 Tujuan khusus
BAB II Tinjauan Pustaka
2.1 Jenis Prasat
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Pengertian
2.2.2 Patogenesis
2.2.3 Patologi anatomi
2.2.4 Komplikasi
2.2.5 Gejala dan tanda
2.2.6 Diagnosis
2.2.7 Pengobatan
2.2.8 Pengobatan paliatif
2.2.9 Radioterapi
BAB III Tinjauan Kasus
3.1 Pengumpulan Data
3.1.1 Identitas Pasien
3.1.2 Anamnesa
3.2 Data Obyektif
3.3 Pemeriksaan Penunjang
3.4 Assesment
3.5 Perencanaan
BAB IV Penutup
4.1 Simpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
***
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan optimal adalah dengan menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI). Mortalitas dan Mobiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah di negara berkembang. Kebutuhan reproduksi pria dan wanita sangat vital bagi pembangunan sosial dan pengembangan SDM. Pelayanan kesehatan tersebut dinyatakan sebagai bagian integral dan pelayanan dasar yang akan terjangkau seluruh masyarakat.
Salah satu penyakit sistem reproduksi wanita sejenis tumor yang paling sering ditemukan adalah mioma uteri. Mioma Uteri adalah Neo Plasma jinak berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan dikenal jiga istilah Fibronoma, leimioma ataupoun Fibrid.
Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche. Setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih bertumbuh. Di Indonesia, mioma uteri ditemukan 2.39% – 11.7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat.
Bila mioma uteri bertambah besar pada masa post menopause harus dipikirkan kemungkinan terjadinya degenerasi maligna (sarcoma) (Sastrawinata, 1988).
Dengan pertumbuhan mioma dapat mencapai berat lebih dari 5 kg. Jarang sekali mioma ditemukan pada wanita berumur 20 tahun, paling banyak berumur 35 – 45 tahun (25%). Pertumbuhan mioma diperkirakan memerlukan waktu 3 tahun agar dapat mencapai ukuran sebesar tinja, akan tetapi beberapa kasus ternyata tumbuh cepat. Mioma uteri ini lebih sering didapati pada wanita nulipara atau yang kurang subur (Saifuddin, 1999 dan 2000).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan pada ibu dengan gangguan kesehatan reproduksi yaitu mioma uteri.
1.2.2 Tujuan Khusus
1.2.2.1 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data pada klien dengan mioma uteri
1.2.2.2 Mahasiswa mampu melakukan analisa data pada ibu dengan mioma uteri.
1.2.2.3 Mahasiswa mampu membuat perencanaan tindakan pada ibu dengan mioma uteri.
1.2.2.4 Mahasiswa mampu melakukan rencana rencana yang telah disusun pada ibu dengan mioma uteri
1.2.2.5 Mahasiswa mampu mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan kepada ibu dengan mioma uteri.
1.2.2.6 Mahasiswa mampu mendekomentasi Asuhan Kebidanan pada ibu dengan mioma uteri.
***
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Mioma uteri adalah tumor jinak ginekologi yang paling sering dijumpai, ditemukan satu dari empat wanita usia reproduksi aktif (Robbins, 1997). Mioma uteri dikenal juga dengan istilah leiomioma uteri, fibromioma uteri atau uterin fibroid, ditemukan sekurang-kurangnya pada 20%-25% wanita di atas usia 30 tahun. Laporan lain dari suatu studi melalui pemeriksaan post mortem pada jenazah wanita menunjukkan angka kejadian mioma yang lebih tinggi yaitu mencapai 50% atau lebih (Djuwantono, 2004).
Sebagian besar kasus mioma uteri adalah tanpa gejala, sehingga kebanyakan penderita tidak menyadari adanya kelainan pada uterusnya. Diperkirakan hanya 20%-50% dari tumor ini yang menimbulkan gejala klinik, terutama perdarahan menstruasi yang berlebihan, infertilitas, abortus berulang, dan nyeri akibat penekanan massa tumor (Djuwantono, 2004).
Sampai saat ini penyebab pasti mioma uteri belum dapat diketahui secara pasti, namun dari hasil penelitian diketahui bahwa pertumbuhan dan perkembangan mioma uteri distimulasi oleh hormon esterogen dan siklus hormonal (Djuwantono, 2004).
Mioma uteri adalah suatu tumor jinak yang tumbuh dalam otot uterus. Mioma uteri bukanlah suatu keganasan dan tidak juga berhubungan dengan keganasan. Mioma bisa menyebabkan gejala yang luas termasuk perdarahan menstruasi yang banyak dan penekanan pada pelvis (Yuad, 2005).
2.2 Pathogenesis
Meyer dan De Snoo mengajukan teori cell nest atau teori genitoblast. Percobaan Lipschutz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat progesteron atau testosteron. Puukka dan kawan-kawan menyatakan bahwa reseptor estrogen pada mioma lebih banyak didapati daripada miometrium normal. Menurut Mayer asal mioma adalah sel imatur, bukan dari selaput otot yang matur.
2.3 Patologi Anatomi
Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uterus hanya 1-3%, sisanya adalah dari corpus uterus.
Menurut letaknya, mioma dapat kita dapati sebagai :
a. Mioma submukosum : berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus.
b. Mioma Intramural : mioma terdapat di dinding uterus diantara serabut miometrium.
c. Mioma subserosum : apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan uterus, diliputi oleh serosa.
Mioma submukosum dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian dilahirkan melalui saluran serviks (myom geburt). Mioma subserosum dapat tumbuh diantara kedua lapisan ligamentum lantum menjadi mioma intraligamenter. Mioma subserosum dapat pula tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus, sehingga disebut wandering atau parasitic fibroid. Jarang sekali ditemukan satu macam mioma saja dalam satu uterus. Mioma pada serviks dapat menonjol kedalam saluran serviks sehingga ostium uteri eksternum berbentuk bulan sabit. Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri atas berkas otot polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti konde atau pusaran air (whorl like pattern), dengan pseudocapsule yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak karena pertumbuhan sarang mioma ini. Pernah ditemukan 200 sarang mioma dalam satu uterus, namun biasanya hanya 5-20 sarang saja. Dengan pertumbuhan mioma dapat mencapai berat lebih 5 kg. Jarang sekali mioma ditemukan pada wanita berumur 20 tahun, paling banyak pada umur 35 sampai 45 tahun (±25%). Pertumbuhan mioma diperkirakan memerlukan waktu 3 tahun agar dapat mencapai ukuran sebesar tinju, akan tetapi beberapa kasus ternyata tumbuh cepat. Setelah menopause banyak mioma menjadi lisut, hanya 10% saja yang masih dapat tumbuh lebih lanjut.
Mioma uteri ini lebih sering didapati pada wanita nulipara atau yang kurang subur. Faktor keturunan juga memegang peran. Perubahan sekunder pada mioma uteri yang terjadi sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma.
Perubahan sekunder
1. Atrofi : sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi kecil.
2. Degenerasi Hialin : perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita berusia lanjut. Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil daripadanya seolah-olah memisahkan satu kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.
3. Degenerasu kistik : Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruang yang tidak teratur berisi seperti agar-agar, dapat juga terjadi pembekakan yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini tumor sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan.
4. Degenerasi membantu (calcireous degeneration) : Terutama terjadi pada wanita usia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto rontgen.
5. Degenerasi merah (carneous degeneration) : perubahan ini biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis : diperkirakan karena suatu nekrosis subakut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti daging mentah berwarna merah disebabkan oleh pigmen hemosiderin dan hemofusin.
6. Degenerasi lemak : jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi hialin.
2.4 Komplikasi
Degenerasi ganas
Mioma uteri yang menjadi leimiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari seluruh mioma; serta merupakan 50-70% dari semua sarcoma uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah di angkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.
Torsi (putaran tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torso, timbul gangguan sirkulsi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan – lahan, gangguan akut tidak terjadi. Hal ini hendaknya dibedakan dengan suatu keadaan dimana terdapat banyak sarang mioma dalam rongga peritoneum.
Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena gangguan sirkulasi darah padanya. Misal terjadi pada mioma yang dilahirkan hingga perdarahan berupa metroragia atau menoragia disertai leukore dan gangguan-gangguan yang disebabkan oleh infeksi dari uterus sendiri.
2.5 Gejala dan tanda
Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Gejala yang dikeluhkan sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada (serviks, intramural, submukus, subserus), besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi.
Gejala tersebut dapat digolongkan sebagai berikut.
Perdarahan abnormal. Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore, menoragia dan dapat juga terjadi metroragia. Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini, antara lain :
2.5.1 pengaruh ovarium sehingga terjadilah hyperplasia endometrium sampai adenokarsinoma endometrium.
2.5.2 permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasa.
2.5.3 atrofi endometrium di atas mioma submukosum
2.5.4 miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.
Rasa nyeri. Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Pada pengeluaran mioma submukoasum yang akan dilahirkan, pula pertumbuhannya yang menyempit kanalis servikalis dapat menyebabkan juga disminore.
Gejala dan tanda penekanan. Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuria, pada uretra dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rectum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe di panggul dapat menyebabkan edeme tungkai dan nyeri panggul.
Infertilitas dan abortus
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars interstisialis tuba, sedangkan mioma submukosum juga memudahkan terjadinya abortus oleh karena distorsi rongga uterus. rubin (1958) menyatakan bahwa apabila penyebab lain infertilitas sudah disingkirkan, dan mioma merupakan penyebab infertilitas tersebut, maka merupakan suatu indikasi untuk dilakukan miomektomi.
Mioma uteri dan kehamilan
Mioma uteri dapat mempengaruhi kehamilan, misalnya menyebabkan infertilitas; risiko terjadinya abortus bertambah karena distorsi rongga uterus; khususnya pada mioma submukosum; letak janin; menghalangi kemajuan persalinan karena letaknya pada serviks uteri; menyebabkan inersia maupun atonia uteri, sehingga menyebabkan perdarahan pasca persalinan karena adanya gangguan mekanik dalam fungsi miometrium; menyebabkan plasenta sukar lepas dari dasarnya; dan mengganggu proses involusi dalam nifas.
Memperhatikan hal-hal tersebut di atas adanya kehamilan pada mioma uteri memerlukan pengamatan yang cermat secara ekspektatif.
Kehamilan sendiri dapat menimbulkan perubahan pada mioma uteri, antara lain :
1. Tumor membesar terutama pada bulan-bulan pertama karena pengaruh estrogen yang kadarnya meningkat.
2. Dapat terjadi degenerasi merah pada waktu hamil maupun masa nifas seperti telah diutarakan di atas, yang kadang-kadang memerlukan pembedahan segera guna mengangkat sarang mioma.
3. Meskipun jarang mioma uteri bertangkai dapat juga mengalami torsi dengan gejala dan tanda sindrom abdomen akut.
2.6 Diagnosis
Seringkali penderita sendiri mengeluh akan rasa berat dan adanya benjolan pada perut bagian bawah. Pemeriksaan bimanual akan mengungkapkan tumor pada uterus yang umumnya terletak di garis tengah ataupun agak ke samping, seringkali teraba terbenjol-benjol.
Mioma intramural akan menyebabkan kavum uteri menjadi luas, yang ditegakkan dengan pemeriksaan uterus sonde. Diagnosis banding yang perlu kita pikirkan tumor abdomen di bagian bawah atau panggul ialah mioma subserosum dan kehamilan; Mioma submukosum yang dilahirkan harus dibedakan dengan inversio uteri; Mioma intramural harus dibedakan dengan suatu adenomiosis, khoriokarsinoma, karsinoma porporis uteri atau sarkoma uteri. USG abdominal dan transvaginal dapat membantu dan menegakkan dugaan klinis.
2.7 Pengobatan
Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah, 55% dari semua mioma uteri tidak membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk apapun, terutama apabila mioma itu masih kecil dan tidak menimbulkan gangguan atau keluhan. Walaupun demikian mioma uteri memerlukan pengamatan setiap 3 -6 bulan. Dalam menopause dapat terhenti pertumbuhannya atau menjadi lisut. Apabila terlihat adanya suatu perubahan yang berbahaya dapat terdeteksi dengan cepat agar dapat diadakan tindakan segera.
Dalam dekade terakhir ada usaha mengobati mioma uterus dengan GnRH agonist (GnRHa). Hal ini didasarkan atas pemikiran leiomioma uterus terdiri atas sel-sel otot yang diperkirakan dipengaruhi oleh estrogen. GnRHa yang mengatur reseptor gonadotropin di hipofisis akan mengurangi sekresi gonadotropin yang mempengaruhi leiomioma.
Pemberian GnRHa (buseriline asetator) selama 16 minggu pada mioma uteri menghasilkan degenerasi hialin di miometrium hingga uterus dalam keseluruhannya menjadi lebih kecil. Akan tetapi setelah pemberian GnRHa, dihentikan leiomioma yang lisut itu tumbuh kembali dibawah pengaruh estrogen oleh karena mioma itu masih mengandung reseptor estrogen dalam konsentrasi yang tinggi. Perlu diingat bahwa penderita mioma uteri sering mengalami menopause yang terlambat.
2.8 Pengobatan Operatif
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada mioma submukosum pada myom geburt dengan cara ekstirpasi lewat vagina. Pengambilan sarang mioma subserosum dapat mudah dilaksanakan apabila tumor bertangkai. Apabila miomektomi ini dikerjakan karena keinginan memperoleh anak, maka kemungkinan akan terjadi kehamilan 30-50 %.
Perlu disadari bahwa 25-35% dari penderita tersebut masih memerlukan histerektomi. Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya merupakan tindakan terpilih. Histerektomi dapat dilaksanakan per abdominam atau per vaginam. Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma servisis uteri. Histerektomi supravaginal hanya dilakukan apabila terdapat kesukaran teknis dalam mengangkat uterus keseluruhannya.
2.9 Radioterapi
Tindakan ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita mengalami menopause. Radioterapi ini pada umumnya hanya dikerjakan kalau terdapat kontra indikasi untuk tindakan operatif. Akhir-akhir ini kontra indikasi tersebut makin berkurang. Radioterapi hendaknya hanya dikerjakan apabila tidak ada keganasan pada uterus.
***
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengumpulan Data
Tanggal : 01-8-2011 Pukul : 07.35
3.1.1 Identitas Pasien
Nama : NY “M.P”
Umur : 44 th
Tgl lahir : 3 April 1967
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Bandarejo 4 Tengah RT. 4 RW. 5
3.1.2 Anamnesa
a. Keluhan utama : Ibu merasa nyeri di perut sejak 5 tahun yang lalu
b. Riwayat Menstruasi
1. Menarche : 13 tahun
2. Siklus : 28 hari
3. Lamanya : 7 hari
4. Banyaknya : 10 pembalut/sehari
5. Warna darah : merah
6. Sifat darah : encer
7. Dismenore : ya
8. Teratur/tidak : tidak teratur
9. Flour albus : tidak
10. HPHT : 16 Juli 2011
c. Riwayat Kesehatan Klien
1. Jantung : tidak ada
2. Hepatitis : tidak ada
3. Hipertensi : tidak ada
4. Gangguan siklus haid : tidak ada
5. DM : tidak ada
6. TBC : tidak ada
7. Asma : tidak ada
8. Tumor : tidak ada
9. Kanker : tidak ada
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
1. Jantung : tidak ada
2. Tumor : tidak ada
3. Kanker : tidak ada
4. Gangguan siklus haid : tidak ada
5. DM : tidak ada
6. Hepatitis : tidak ada
7. Hipertensi : tidak ada
8. TBC : tidak ada
9. Lain-lain : tidak ada
e. Status Perkawinan
Kawin : ya
Berapa lama : 16 tahun
Usia perkawinan : 16 tahun
Berapa kali menikah : 1 kali
f. Riyawat Persalinan yang lalu
1. Perempuan/spt B/2500 gr/50 cm/bidan/RS X, umur anak sekarang 16 tahun
2. Perempuan/spt B/3100 gr/50 cm/bidan/RS X, umur anak sekarang 9 tahun
3.2 Data Obyektif
Keadaan umum : cukup
Kesadaran : composmentis
TTV : TD : 131/81 mmHg S : 36,5 ° C
N : 77x/menit RR : 20x/menit
Pemeriksaan fisik
Rambut : warna : hitam beruban (-)
rontok (-)
Kepala : benjolan (-)
lesi (-)
Muka : icterus (-)
hyperemia (-)
oedeme (-)
pucat (-)
Mata : conjungtiva : merah muda
sklera : tidak icterus
Hidung : polip (-)
pernapasan cuping hidung (-)
Mulut : karang gigi (+)
caries gigi (-)
stomatitis (-)
lidah pucat (-)
lidah kotor (-)
Telinga : benda asing (-)
keluaran (-)
Leher : pembesaran kelenjar tirod (-)
Dada : ronchi (-)
wheezing (-)
Ketiak : pembesaran kelenjar limfe (-)
Payudara : benjolan (-)
nyeri (-)
pengeluaran dari puting (-)
Perut : benjolan (-)
nyeri (-)
Genetalia : kebersihan (+)
varises pada vulva (+)
keluaran darah / lendir (+)
Anus : tidak ada hemoroid
Ekstremitas : reflek patella (+/+)
oedeme (-)
varises (-/-)
3.3 Pemeriksaan Penunjang
3.2.1 USG
3.2.2 Biopsi
3.2.3 Hb
3.6 Assesment
3.6.1 Diagnosa : Mioma uteri
3.6.2 Masalah : Tidak ada
3.6.3 Diagnosa potensial : Tidak ada
3.7 Perencanaan
3.7.1 Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu
Rasional : Agar ibu mengetahui kondisi kesehatannya.
Evaluasi : Ibu mengetahui bahwa dirinya menderita tumor kandungan.
3.7.2 Menganjurkan ibu melakukan USG
Rasional : Untuk mengetahui besarnya tumor dan tingkat keganasan tumor.
Evaluasi : Ibu mau melakukan USG
3.7.3 Memberikan KIE pada ibu
a. Bersabar dalam menghadapi sakit
b. Mengurus JPS untuk meringankan biaya
c. Memberi keyakinan dan support bahwa sakitnya bisa sembuh
d. Menjaga nutrisi tetap baik
e. Menjaga kondisi tubuh tetap sehat
f. Mengurangi aktivitas
Rasional : Agar ibu sabar dan siap menghadapi sakit dan kondisi ibu tetap fit sampai pengobatan selanjutnya.
Evaluasi : Ibu mengerti dan mau mengikuti anjuran petugas
3.5.4 Dianjurkan ibu untuk kontrol besok pagi sambil membawa hasil USG
***
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Dari uraian tentang masalah penerapan manajemen kebidanan dalam memberikan asuhan kebidanan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
Dalam melakukan pengkajian diperlukan komunikasi yang baik dan dapat membangun hubungan saling percaya antar klien dengan bidan. Dalam menganalisa data dengan cermat maka dapat dibuat diagnosa, masalah, dan kebutuhan klien yang sesuai.
Dalam menyusun rencana tindakan asuhan tidak mengalami kesulitan jika ada kerja sama yang baik dengan klien. Pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan prioritas masalah dan disadarkan pada perencanaan tindakan yang disusun. Hasil evaluasi dan kegiatan yang telah dilaksanakan merupakan penilaian tentang keberhasilan asuhan kebidanan dan pelaksanaan diagnosa.
4.2 Saran
4.2.1 Bagi petugas, bidan dalam fungsinya sebagai pelaksana pelayanan kebidanan harus meningkatkan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki serta harus memiliki kerja sama yang baik dengan petugas kesehatan yang lain dengan klien dan keluarga.
4.2.2 Bagi klien/pasien, pasien harus dapat bekerja sama dengan baik pada petugas/tenaga kesehatan agar keberhasilan dalam asuhan kebidanan dapat tercapai serta semua masalah pasien dapat terpecahkan.
4.2.3 Bagi rumah sakit, rumah sakit harus berusaha untuk mempertahankan pelayanan yang sudah ada dan selalu berusaha untuk memberikan pelayanan yang terbaik untuk pasien.
***
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, sarwono. 2007. Hal: 338. Ilmu kandungan edisi 2 cetakan 5. Jakarta : Yayasan bina pustaka.
Djuwantono T. 2004. Terapi GnRH Agonis Sebelum Histerektomi atau Miomektomi. Farmacia. Vol III NO. 12. Jakarta : 2004
Robbins SL, Kumar V. Buku ajar Patologi II. Edisi Ke-4. Jakarta : EGC, 1995
Yuad, haviz . 2005 . Miomectomi Pada Kehamilan . Universitas Andalas bagian obstetri dan ginekologi FK Unand/ BLU RSUP dr. M. Djamil Padang
Manuaba, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta. EGC.
Mochtar Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC.
Prayetni, 1996. Asuhan Kebidanan pada Ibu dengan Gangguan Sistem Reproduksi. Jakarta. Pusdiknakes : Depkes RI.
Saifuddin, AB. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Saifuddin, AB. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
MIOMA UTERI
RS TNI AU SOEMITRO SURABAYA
Pembimbing : Munisah S.ST
Disusun Oleh :
1. Puspita Kumala Sari
2. Qurrotul Azizah
3. Putri Ayu Aikmel
AKADEMI KEBIDANAN DELIMA PERSADA GRESIK
GRESIK TA : 2010 -2011
***
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan hasil study kasus mioma uteri di ruang BKIA RS TNI AU Soemitro Surabaya pada tanggal 1 Agustus 2011.
Laporan hasil study tindakan ini disusun oleh :
Nama : Puspita Kumala Sari (10.04.029)
Qurrotul Azizah (10.04.030)
Putri Ayu Aikmel (10.04.077)
Disetujui dan disahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Mengetahui,
Kepala Ruangan Pembimbing Ruangan
***
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas limpahan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan praktek semester II di RS TNI AU Soemitro Surabaya, yang bertujuan menerapkan ilmu meliputi KDPK dan ilmu penunjang lainnya. Dan tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Sri Utami, S. ST. M. Mkes selaku direktur AKBID Delima Persada Gresik.
2. dr. Mukti A Berlian, Sp. PD selaku kepala Rumah Sakit TNI AU Soemitro Surabaya.
3. Kepala ruangan dan pembimbing praktek di RS TNI AU Soemitro Surabaya.
4. Munisah, S. ST selaku pembimbing praktek di RS TNI AU Soemitro Surabaya.
5. Orang tua serta rekan – rekan mahasiswa yang telah memberikan dukungan dan doa.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Harapan penulis, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Surabaya, Agustus 2011
Penulis
***
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
1.2.2 Tujuan khusus
BAB II Tinjauan Pustaka
2.1 Jenis Prasat
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Pengertian
2.2.2 Patogenesis
2.2.3 Patologi anatomi
2.2.4 Komplikasi
2.2.5 Gejala dan tanda
2.2.6 Diagnosis
2.2.7 Pengobatan
2.2.8 Pengobatan paliatif
2.2.9 Radioterapi
BAB III Tinjauan Kasus
3.1 Pengumpulan Data
3.1.1 Identitas Pasien
3.1.2 Anamnesa
3.2 Data Obyektif
3.3 Pemeriksaan Penunjang
3.4 Assesment
3.5 Perencanaan
BAB IV Penutup
4.1 Simpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
***
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Salah satu upaya untuk mewujudkan derajat kesehatan optimal adalah dengan menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI). Mortalitas dan Mobiditas pada wanita hamil dan bersalin adalah masalah di negara berkembang. Kebutuhan reproduksi pria dan wanita sangat vital bagi pembangunan sosial dan pengembangan SDM. Pelayanan kesehatan tersebut dinyatakan sebagai bagian integral dan pelayanan dasar yang akan terjangkau seluruh masyarakat.
Salah satu penyakit sistem reproduksi wanita sejenis tumor yang paling sering ditemukan adalah mioma uteri. Mioma Uteri adalah Neo Plasma jinak berasal dari otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan dikenal jiga istilah Fibronoma, leimioma ataupoun Fibrid.
Berdasarkan otopsi, Novak menemukan 27% wanita berumur 25 tahun mempunyai sarang mioma, pada wanita yang berkulit hitam ditemukan lebih banyak. Mioma uteri belum pernah dilaporkan terjadi sebelum menarche. Setelah menopause hanya kira-kira 10% mioma yang masih bertumbuh. Di Indonesia, mioma uteri ditemukan 2.39% – 11.7% pada semua penderita ginekologi yang dirawat.
Bila mioma uteri bertambah besar pada masa post menopause harus dipikirkan kemungkinan terjadinya degenerasi maligna (sarcoma) (Sastrawinata, 1988).
Dengan pertumbuhan mioma dapat mencapai berat lebih dari 5 kg. Jarang sekali mioma ditemukan pada wanita berumur 20 tahun, paling banyak berumur 35 – 45 tahun (25%). Pertumbuhan mioma diperkirakan memerlukan waktu 3 tahun agar dapat mencapai ukuran sebesar tinja, akan tetapi beberapa kasus ternyata tumbuh cepat. Mioma uteri ini lebih sering didapati pada wanita nulipara atau yang kurang subur (Saifuddin, 1999 dan 2000).
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu melakukan asuhan kebidanan pada ibu dengan gangguan kesehatan reproduksi yaitu mioma uteri.
1.2.2 Tujuan Khusus
1.2.2.1 Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data pada klien dengan mioma uteri
1.2.2.2 Mahasiswa mampu melakukan analisa data pada ibu dengan mioma uteri.
1.2.2.3 Mahasiswa mampu membuat perencanaan tindakan pada ibu dengan mioma uteri.
1.2.2.4 Mahasiswa mampu melakukan rencana rencana yang telah disusun pada ibu dengan mioma uteri
1.2.2.5 Mahasiswa mampu mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan kepada ibu dengan mioma uteri.
1.2.2.6 Mahasiswa mampu mendekomentasi Asuhan Kebidanan pada ibu dengan mioma uteri.
***
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian
Mioma uteri adalah tumor jinak ginekologi yang paling sering dijumpai, ditemukan satu dari empat wanita usia reproduksi aktif (Robbins, 1997). Mioma uteri dikenal juga dengan istilah leiomioma uteri, fibromioma uteri atau uterin fibroid, ditemukan sekurang-kurangnya pada 20%-25% wanita di atas usia 30 tahun. Laporan lain dari suatu studi melalui pemeriksaan post mortem pada jenazah wanita menunjukkan angka kejadian mioma yang lebih tinggi yaitu mencapai 50% atau lebih (Djuwantono, 2004).
Sebagian besar kasus mioma uteri adalah tanpa gejala, sehingga kebanyakan penderita tidak menyadari adanya kelainan pada uterusnya. Diperkirakan hanya 20%-50% dari tumor ini yang menimbulkan gejala klinik, terutama perdarahan menstruasi yang berlebihan, infertilitas, abortus berulang, dan nyeri akibat penekanan massa tumor (Djuwantono, 2004).
Sampai saat ini penyebab pasti mioma uteri belum dapat diketahui secara pasti, namun dari hasil penelitian diketahui bahwa pertumbuhan dan perkembangan mioma uteri distimulasi oleh hormon esterogen dan siklus hormonal (Djuwantono, 2004).
Mioma uteri adalah suatu tumor jinak yang tumbuh dalam otot uterus. Mioma uteri bukanlah suatu keganasan dan tidak juga berhubungan dengan keganasan. Mioma bisa menyebabkan gejala yang luas termasuk perdarahan menstruasi yang banyak dan penekanan pada pelvis (Yuad, 2005).
2.2 Pathogenesis
Meyer dan De Snoo mengajukan teori cell nest atau teori genitoblast. Percobaan Lipschutz yang memberikan estrogen kepada kelinci percobaan ternyata menimbulkan tumor fibromatosa baik pada permukaan maupun pada tempat lain dalam abdomen. Efek fibromatosa ini dapat dicegah dengan pemberian preparat progesteron atau testosteron. Puukka dan kawan-kawan menyatakan bahwa reseptor estrogen pada mioma lebih banyak didapati daripada miometrium normal. Menurut Mayer asal mioma adalah sel imatur, bukan dari selaput otot yang matur.
2.3 Patologi Anatomi
Sarang mioma di uterus dapat berasal dari serviks uterus hanya 1-3%, sisanya adalah dari corpus uterus.
Menurut letaknya, mioma dapat kita dapati sebagai :
a. Mioma submukosum : berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam rongga uterus.
b. Mioma Intramural : mioma terdapat di dinding uterus diantara serabut miometrium.
c. Mioma subserosum : apabila tumbuh keluar dinding uterus sehingga menonjol pada permukaan uterus, diliputi oleh serosa.
Mioma submukosum dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian dilahirkan melalui saluran serviks (myom geburt). Mioma subserosum dapat tumbuh diantara kedua lapisan ligamentum lantum menjadi mioma intraligamenter. Mioma subserosum dapat pula tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke ligamentum atau omentum dan kemudian membebaskan diri dari uterus, sehingga disebut wandering atau parasitic fibroid. Jarang sekali ditemukan satu macam mioma saja dalam satu uterus. Mioma pada serviks dapat menonjol kedalam saluran serviks sehingga ostium uteri eksternum berbentuk bulan sabit. Apabila mioma dibelah maka tampak bahwa mioma terdiri atas berkas otot polos dan jaringan ikat yang tersusun seperti konde atau pusaran air (whorl like pattern), dengan pseudocapsule yang terdiri dari jaringan ikat longgar yang terdesak karena pertumbuhan sarang mioma ini. Pernah ditemukan 200 sarang mioma dalam satu uterus, namun biasanya hanya 5-20 sarang saja. Dengan pertumbuhan mioma dapat mencapai berat lebih 5 kg. Jarang sekali mioma ditemukan pada wanita berumur 20 tahun, paling banyak pada umur 35 sampai 45 tahun (±25%). Pertumbuhan mioma diperkirakan memerlukan waktu 3 tahun agar dapat mencapai ukuran sebesar tinju, akan tetapi beberapa kasus ternyata tumbuh cepat. Setelah menopause banyak mioma menjadi lisut, hanya 10% saja yang masih dapat tumbuh lebih lanjut.
Mioma uteri ini lebih sering didapati pada wanita nulipara atau yang kurang subur. Faktor keturunan juga memegang peran. Perubahan sekunder pada mioma uteri yang terjadi sebagian besar bersifat degenerasi. Hal ini oleh karena berkurangnya pemberian darah pada sarang mioma.
Perubahan sekunder
1. Atrofi : sesudah menopause ataupun sesudah kehamilan mioma uteri menjadi kecil.
2. Degenerasi Hialin : perubahan ini sering terjadi terutama pada penderita berusia lanjut. Tumor kehilangan struktur aslinya menjadi homogen. Dapat meliputi sebagian besar atau hanya sebagian kecil daripadanya seolah-olah memisahkan satu kelompok serabut otot dari kelompok lainnya.
3. Degenerasu kistik : Dapat meliputi daerah kecil maupun luas, dimana sebagian dari mioma menjadi cair, sehingga terbentuk ruang yang tidak teratur berisi seperti agar-agar, dapat juga terjadi pembekakan yang luas dan bendungan limfe sehingga menyerupai limfangioma. Dengan konsistensi yang lunak ini tumor sukar dibedakan dari kista ovarium atau suatu kehamilan.
4. Degenerasi membantu (calcireous degeneration) : Terutama terjadi pada wanita usia lanjut oleh karena adanya gangguan dalam sirkulasi. Dengan adanya pengendapan garam kapur pada sarang mioma maka mioma menjadi keras dan memberikan bayangan pada foto rontgen.
5. Degenerasi merah (carneous degeneration) : perubahan ini biasanya terjadi pada kehamilan dan nifas. Patogenesis : diperkirakan karena suatu nekrosis subakut sebagai gangguan vaskularisasi. Pada pembelahan dapat dilihat sarang mioma seperti daging mentah berwarna merah disebabkan oleh pigmen hemosiderin dan hemofusin.
6. Degenerasi lemak : jarang terjadi, merupakan kelanjutan degenerasi hialin.
2.4 Komplikasi
Degenerasi ganas
Mioma uteri yang menjadi leimiosarkoma ditemukan hanya 0,32-0,6% dari seluruh mioma; serta merupakan 50-70% dari semua sarcoma uterus. Keganasan umumnya baru ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah di angkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.
Torsi (putaran tangkai)
Sarang mioma yang bertangkai dapat mengalami torso, timbul gangguan sirkulsi akut sehingga mengalami nekrosis. Dengan demikian terjadilah sindrom abdomen akut. Jika torsi terjadi perlahan – lahan, gangguan akut tidak terjadi. Hal ini hendaknya dibedakan dengan suatu keadaan dimana terdapat banyak sarang mioma dalam rongga peritoneum.
Sarang mioma dapat mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena gangguan sirkulasi darah padanya. Misal terjadi pada mioma yang dilahirkan hingga perdarahan berupa metroragia atau menoragia disertai leukore dan gangguan-gangguan yang disebabkan oleh infeksi dari uterus sendiri.
2.5 Gejala dan tanda
Hampir separuh kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan ginekologik karena tumor ini tidak mengganggu. Gejala yang dikeluhkan sangat tergantung pada tempat sarang mioma ini berada (serviks, intramural, submukus, subserus), besarnya tumor, perubahan dan komplikasi yang terjadi.
Gejala tersebut dapat digolongkan sebagai berikut.
Perdarahan abnormal. Gangguan perdarahan yang terjadi umumnya adalah hipermenore, menoragia dan dapat juga terjadi metroragia. Beberapa faktor yang menjadi penyebab perdarahan ini, antara lain :
2.5.1 pengaruh ovarium sehingga terjadilah hyperplasia endometrium sampai adenokarsinoma endometrium.
2.5.2 permukaan endometrium yang lebih luas daripada biasa.
2.5.3 atrofi endometrium di atas mioma submukosum
2.5.4 miometrium tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma diantara serabut miometrium, sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan baik.
Rasa nyeri. Rasa nyeri bukanlah gejala yang khas tetapi dapat timbul karena gangguan sirkulasi darah pada sarang mioma, yang disertai nekrosis setempat dan peradangan. Pada pengeluaran mioma submukoasum yang akan dilahirkan, pula pertumbuhannya yang menyempit kanalis servikalis dapat menyebabkan juga disminore.
Gejala dan tanda penekanan. Gangguan ini tergantung dari besar dan tempat mioma uteri. Penekanan pada kandung kemih akan menyebabkan poliuria, pada uretra dapat menyebabkan retensio urine, pada ureter dapat menyebabkan hidroureter dan hidronefrosis, pada rectum dapat menyebabkan obstipasi dan tenesmia, pada pembuluh darah dan pembuluh limfe di panggul dapat menyebabkan edeme tungkai dan nyeri panggul.
Infertilitas dan abortus
Infertilitas dapat terjadi apabila sarang mioma menutup atau menekan pars interstisialis tuba, sedangkan mioma submukosum juga memudahkan terjadinya abortus oleh karena distorsi rongga uterus. rubin (1958) menyatakan bahwa apabila penyebab lain infertilitas sudah disingkirkan, dan mioma merupakan penyebab infertilitas tersebut, maka merupakan suatu indikasi untuk dilakukan miomektomi.
Mioma uteri dan kehamilan
Mioma uteri dapat mempengaruhi kehamilan, misalnya menyebabkan infertilitas; risiko terjadinya abortus bertambah karena distorsi rongga uterus; khususnya pada mioma submukosum; letak janin; menghalangi kemajuan persalinan karena letaknya pada serviks uteri; menyebabkan inersia maupun atonia uteri, sehingga menyebabkan perdarahan pasca persalinan karena adanya gangguan mekanik dalam fungsi miometrium; menyebabkan plasenta sukar lepas dari dasarnya; dan mengganggu proses involusi dalam nifas.
Memperhatikan hal-hal tersebut di atas adanya kehamilan pada mioma uteri memerlukan pengamatan yang cermat secara ekspektatif.
Kehamilan sendiri dapat menimbulkan perubahan pada mioma uteri, antara lain :
1. Tumor membesar terutama pada bulan-bulan pertama karena pengaruh estrogen yang kadarnya meningkat.
2. Dapat terjadi degenerasi merah pada waktu hamil maupun masa nifas seperti telah diutarakan di atas, yang kadang-kadang memerlukan pembedahan segera guna mengangkat sarang mioma.
3. Meskipun jarang mioma uteri bertangkai dapat juga mengalami torsi dengan gejala dan tanda sindrom abdomen akut.
2.6 Diagnosis
Seringkali penderita sendiri mengeluh akan rasa berat dan adanya benjolan pada perut bagian bawah. Pemeriksaan bimanual akan mengungkapkan tumor pada uterus yang umumnya terletak di garis tengah ataupun agak ke samping, seringkali teraba terbenjol-benjol.
Mioma intramural akan menyebabkan kavum uteri menjadi luas, yang ditegakkan dengan pemeriksaan uterus sonde. Diagnosis banding yang perlu kita pikirkan tumor abdomen di bagian bawah atau panggul ialah mioma subserosum dan kehamilan; Mioma submukosum yang dilahirkan harus dibedakan dengan inversio uteri; Mioma intramural harus dibedakan dengan suatu adenomiosis, khoriokarsinoma, karsinoma porporis uteri atau sarkoma uteri. USG abdominal dan transvaginal dapat membantu dan menegakkan dugaan klinis.
2.7 Pengobatan
Tidak semua mioma uteri memerlukan pengobatan bedah, 55% dari semua mioma uteri tidak membutuhkan suatu pengobatan dalam bentuk apapun, terutama apabila mioma itu masih kecil dan tidak menimbulkan gangguan atau keluhan. Walaupun demikian mioma uteri memerlukan pengamatan setiap 3 -6 bulan. Dalam menopause dapat terhenti pertumbuhannya atau menjadi lisut. Apabila terlihat adanya suatu perubahan yang berbahaya dapat terdeteksi dengan cepat agar dapat diadakan tindakan segera.
Dalam dekade terakhir ada usaha mengobati mioma uterus dengan GnRH agonist (GnRHa). Hal ini didasarkan atas pemikiran leiomioma uterus terdiri atas sel-sel otot yang diperkirakan dipengaruhi oleh estrogen. GnRHa yang mengatur reseptor gonadotropin di hipofisis akan mengurangi sekresi gonadotropin yang mempengaruhi leiomioma.
Pemberian GnRHa (buseriline asetator) selama 16 minggu pada mioma uteri menghasilkan degenerasi hialin di miometrium hingga uterus dalam keseluruhannya menjadi lebih kecil. Akan tetapi setelah pemberian GnRHa, dihentikan leiomioma yang lisut itu tumbuh kembali dibawah pengaruh estrogen oleh karena mioma itu masih mengandung reseptor estrogen dalam konsentrasi yang tinggi. Perlu diingat bahwa penderita mioma uteri sering mengalami menopause yang terlambat.
2.8 Pengobatan Operatif
Miomektomi adalah pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan uterus. Tindakan ini dapat dikerjakan misalnya pada mioma submukosum pada myom geburt dengan cara ekstirpasi lewat vagina. Pengambilan sarang mioma subserosum dapat mudah dilaksanakan apabila tumor bertangkai. Apabila miomektomi ini dikerjakan karena keinginan memperoleh anak, maka kemungkinan akan terjadi kehamilan 30-50 %.
Perlu disadari bahwa 25-35% dari penderita tersebut masih memerlukan histerektomi. Histerektomi adalah pengangkatan uterus, yang umumnya merupakan tindakan terpilih. Histerektomi dapat dilaksanakan per abdominam atau per vaginam. Histerektomi total umumnya dilakukan dengan alasan mencegah akan timbulnya karsinoma servisis uteri. Histerektomi supravaginal hanya dilakukan apabila terdapat kesukaran teknis dalam mengangkat uterus keseluruhannya.
2.9 Radioterapi
Tindakan ini bertujuan agar ovarium tidak berfungsi lagi sehingga penderita mengalami menopause. Radioterapi ini pada umumnya hanya dikerjakan kalau terdapat kontra indikasi untuk tindakan operatif. Akhir-akhir ini kontra indikasi tersebut makin berkurang. Radioterapi hendaknya hanya dikerjakan apabila tidak ada keganasan pada uterus.
***
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengumpulan Data
Tanggal : 01-8-2011 Pukul : 07.35
3.1.1 Identitas Pasien
Nama : NY “M.P”
Umur : 44 th
Tgl lahir : 3 April 1967
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Bandarejo 4 Tengah RT. 4 RW. 5
3.1.2 Anamnesa
a. Keluhan utama : Ibu merasa nyeri di perut sejak 5 tahun yang lalu
b. Riwayat Menstruasi
1. Menarche : 13 tahun
2. Siklus : 28 hari
3. Lamanya : 7 hari
4. Banyaknya : 10 pembalut/sehari
5. Warna darah : merah
6. Sifat darah : encer
7. Dismenore : ya
8. Teratur/tidak : tidak teratur
9. Flour albus : tidak
10. HPHT : 16 Juli 2011
c. Riwayat Kesehatan Klien
1. Jantung : tidak ada
2. Hepatitis : tidak ada
3. Hipertensi : tidak ada
4. Gangguan siklus haid : tidak ada
5. DM : tidak ada
6. TBC : tidak ada
7. Asma : tidak ada
8. Tumor : tidak ada
9. Kanker : tidak ada
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
1. Jantung : tidak ada
2. Tumor : tidak ada
3. Kanker : tidak ada
4. Gangguan siklus haid : tidak ada
5. DM : tidak ada
6. Hepatitis : tidak ada
7. Hipertensi : tidak ada
8. TBC : tidak ada
9. Lain-lain : tidak ada
e. Status Perkawinan
Kawin : ya
Berapa lama : 16 tahun
Usia perkawinan : 16 tahun
Berapa kali menikah : 1 kali
f. Riyawat Persalinan yang lalu
1. Perempuan/spt B/2500 gr/50 cm/bidan/RS X, umur anak sekarang 16 tahun
2. Perempuan/spt B/3100 gr/50 cm/bidan/RS X, umur anak sekarang 9 tahun
3.2 Data Obyektif
Keadaan umum : cukup
Kesadaran : composmentis
TTV : TD : 131/81 mmHg S : 36,5 ° C
N : 77x/menit RR : 20x/menit
Pemeriksaan fisik
Rambut : warna : hitam beruban (-)
rontok (-)
Kepala : benjolan (-)
lesi (-)
Muka : icterus (-)
hyperemia (-)
oedeme (-)
pucat (-)
Mata : conjungtiva : merah muda
sklera : tidak icterus
Hidung : polip (-)
pernapasan cuping hidung (-)
Mulut : karang gigi (+)
caries gigi (-)
stomatitis (-)
lidah pucat (-)
lidah kotor (-)
Telinga : benda asing (-)
keluaran (-)
Leher : pembesaran kelenjar tirod (-)
Dada : ronchi (-)
wheezing (-)
Ketiak : pembesaran kelenjar limfe (-)
Payudara : benjolan (-)
nyeri (-)
pengeluaran dari puting (-)
Perut : benjolan (-)
nyeri (-)
Genetalia : kebersihan (+)
varises pada vulva (+)
keluaran darah / lendir (+)
Anus : tidak ada hemoroid
Ekstremitas : reflek patella (+/+)
oedeme (-)
varises (-/-)
3.3 Pemeriksaan Penunjang
3.2.1 USG
3.2.2 Biopsi
3.2.3 Hb
3.6 Assesment
3.6.1 Diagnosa : Mioma uteri
3.6.2 Masalah : Tidak ada
3.6.3 Diagnosa potensial : Tidak ada
3.7 Perencanaan
3.7.1 Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu
Rasional : Agar ibu mengetahui kondisi kesehatannya.
Evaluasi : Ibu mengetahui bahwa dirinya menderita tumor kandungan.
3.7.2 Menganjurkan ibu melakukan USG
Rasional : Untuk mengetahui besarnya tumor dan tingkat keganasan tumor.
Evaluasi : Ibu mau melakukan USG
3.7.3 Memberikan KIE pada ibu
a. Bersabar dalam menghadapi sakit
b. Mengurus JPS untuk meringankan biaya
c. Memberi keyakinan dan support bahwa sakitnya bisa sembuh
d. Menjaga nutrisi tetap baik
e. Menjaga kondisi tubuh tetap sehat
f. Mengurangi aktivitas
Rasional : Agar ibu sabar dan siap menghadapi sakit dan kondisi ibu tetap fit sampai pengobatan selanjutnya.
Evaluasi : Ibu mengerti dan mau mengikuti anjuran petugas
3.5.4 Dianjurkan ibu untuk kontrol besok pagi sambil membawa hasil USG
***
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Dari uraian tentang masalah penerapan manajemen kebidanan dalam memberikan asuhan kebidanan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
Dalam melakukan pengkajian diperlukan komunikasi yang baik dan dapat membangun hubungan saling percaya antar klien dengan bidan. Dalam menganalisa data dengan cermat maka dapat dibuat diagnosa, masalah, dan kebutuhan klien yang sesuai.
Dalam menyusun rencana tindakan asuhan tidak mengalami kesulitan jika ada kerja sama yang baik dengan klien. Pelaksanaan tindakan disesuaikan dengan prioritas masalah dan disadarkan pada perencanaan tindakan yang disusun. Hasil evaluasi dan kegiatan yang telah dilaksanakan merupakan penilaian tentang keberhasilan asuhan kebidanan dan pelaksanaan diagnosa.
4.2 Saran
4.2.1 Bagi petugas, bidan dalam fungsinya sebagai pelaksana pelayanan kebidanan harus meningkatkan kemampuan dan keterampilan yang dimiliki serta harus memiliki kerja sama yang baik dengan petugas kesehatan yang lain dengan klien dan keluarga.
4.2.2 Bagi klien/pasien, pasien harus dapat bekerja sama dengan baik pada petugas/tenaga kesehatan agar keberhasilan dalam asuhan kebidanan dapat tercapai serta semua masalah pasien dapat terpecahkan.
4.2.3 Bagi rumah sakit, rumah sakit harus berusaha untuk mempertahankan pelayanan yang sudah ada dan selalu berusaha untuk memberikan pelayanan yang terbaik untuk pasien.
***
DAFTAR PUSTAKA
Prawirohardjo, sarwono. 2007. Hal: 338. Ilmu kandungan edisi 2 cetakan 5. Jakarta : Yayasan bina pustaka.
Djuwantono T. 2004. Terapi GnRH Agonis Sebelum Histerektomi atau Miomektomi. Farmacia. Vol III NO. 12. Jakarta : 2004
Robbins SL, Kumar V. Buku ajar Patologi II. Edisi Ke-4. Jakarta : EGC, 1995
Yuad, haviz . 2005 . Miomectomi Pada Kehamilan . Universitas Andalas bagian obstetri dan ginekologi FK Unand/ BLU RSUP dr. M. Djamil Padang
Manuaba, 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana. Jakarta. EGC.
Mochtar Rustam, 1998. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC.
Prayetni, 1996. Asuhan Kebidanan pada Ibu dengan Gangguan Sistem Reproduksi. Jakarta. Pusdiknakes : Depkes RI.
Saifuddin, AB. 1999. Ilmu Kandungan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Saifuddin, AB. 2002. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
PEMERIKSAAN TTV (laporan praktek klinik)
Diposting oleh
pita's house .::stikes delima persada::.
di
09.56
Rabu, 12 Oktober 2011
LAPORAN PRAKTEK KLINIK TINDAKAN KETERAMPILAN PERAWATAN DASAR DENGAN PERASAT PEMERIKSAAN TTV (TANDA-TANDA VITAL) DI RUANG TERATAI 2 RS TNI AU SOEMITRO SURABAYA
Dosen Pembimbing : Munisah, S. ST
Disusun oleh :
Puspita Kumala Sari
NIM :
10.04.029
Semester / Kelas :
II/A
AKADEMI KEBIDANAN DELIMA PERSADA – GRESIK
TA 2010 – 2011
***
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan hasil study tindakan Keterampilan Dasar Praktek Klinik (KDPK) pada Ny.W dengan diagnose 6 jam postpartum dengan perasat pemeriksaan TTV (Tanda-Tanda Vital) di ruang Teratai 2 RS TNI AU Soemitro Surabaya pada tanggal 5 Agustus 2011.
Laporan hasil study tindakan ini disusun oleh :
Nama : Puspita Kumala Sari
NIM : 10.04.029
Disetujui dan disahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Mengetahui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Ruangan
Munisah, S. ST
Mahasiswa
Puspita Kumala Sari
10.04.029
***
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang MAha Esa atas limpahan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan praktek semester II di RS TNI AU Soemitro Surabaya, yang bertujuan menerapkan ilmu meliputi KDPK dan ilmu penunjang lainnya. Dan tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Sri Utami, S. ST. M. Mkes selaku direktur AKBID Delima Persada Gresik.
2. dr. Mukti A Berlian, Sp. PD selaku kepala Rumah Sakit TNI AU Soemitro Surabaya.
3. Kepala ruangan dan pembimbing praktek di RS TNI AU Soemitro Surabaya.
4. Munisah, S. ST selaku pembimbing praktek di RS TNI AU Soemitro Surabaya.
5. Orang tua serta rekan – rekan mahasiswa yang telah memberikan dukungan dan doa.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Harapan penulis, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Surabaya, Agustus 2011
Penulis
***
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
1.2.2 Tujuan khusus
BAB II Tinjauan Pustaka
2.1 Jenis Prasat
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Pengertian
2.2.2 Suhu
2.2.3 Nadi
2.2.4 Tekanan Darah
2.2.5 Pernapasan
BAB III Tinjauan Kasus
3.1 Pengumpulan Data
3.2.1 Identitas Pasien
3.2.2 Anamnesa
3.2 Data Obyektif
3.3 Prosedur Tindakan
3.3.1 Persiapan alat
3.3.2 Persiapan petugas
3.3.3 Persiapan pasien
3.3.4 Langkah-langkah
3.4 Pembahasan
BAB IV Penutup
4.1 Simpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
***
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keterampilan dasar praktek klinik merupakan salah satu ilmu yang mengulas semua tentang keterampilan dasar asuhan tindakan keterampilan dasar asuhan tindakan keperawatan dan kebidanan yang meliputi pemeriksaan fisik, tindakan pengobatan, pengaturan posisi dan kebutuhan dasar manusia.
Dalam kegiatan praktek klinik ini tenaga medis khususnya kami selaku mahasiswa diharapkan mampu melaksanakan keterampilan dasar praktek klinik pada situasi dan keadaan baik sehingga kami memiliki keterampilan kompetensi dan profesionalisme yang tinggi dalam memberikan tanggapan dalam kegiatan praktek ini kami akan mampu menjelaskan tentang kegiatan tindakan keperawatan yang telah kami laksanakan di Rumah Sakit TNI AU Soemitro Surabaya beserta kasus yang kami temukan di ruang BKIA yang telah kami susun dalam bentuk laporan tindakan.
Pemeriksaan TTV (tanda-tanda vital) dengan pengukuran suhu, nadi, pernapasan dan tekanan darah digunakan untuk mengetahui status kesehatan pasien.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
a. Mendokumentasikan kegiatan praktek klinik di Rumah Sakit TNI AU Soemitro Surabaya.
b. Menjelaskan prosedur tindakan keterampilan dasar praktek klinik (prasat) yang dilakukan di ruang Teratai 2 RS TNI AU Soemitro Surabaya.
1.2.2 Tujuan khusus
a. Melatih keterampilan dasar praktek klinik yang meliputi perawatan dasar baik secara langsung maupun tidak langsung.
b. Memeriksa status kesehatan pasien dengan pemeriksaan TT (tanda-tanda vital) pasien.
***
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Jenis Perasat
Pemeriksaan TTV (tanda-tanda vital) yang meliputi suhu, nadi, pernapasan dan frekuensi tekanan darah.
2. 2 Landasan Teori
2.2.1 Pengertian
Tanda-tanda vital digunakan sebagai indikator dari status kesehatan, ukuran-ukuran ini menandakan keefektifan sirkulasi, respirasi, fungsi neural dan endokrin tubuh. Karena sangat penting, maka disebut dengan tanda vital.
Tanda vital merupakan cara yang cepat dan efisien untuk memantau kondisi klien atau mengidentifikasi masalah dan mengevaluasi respon klien terhadap intervensi.
(Patricia. Anne. 2005. Fundamental of nursing: concept, process, and practice (Edisi 4, volume 1) : 759)
2.2.2 Suhu
Suhu yang dimaksud adalah “panas” atau “dingin” suatu substansi. Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh proses tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Faktor yang mempengaruhi suhu tubuh :
a. Usia
Pada saat lahir, bayi meninggalkan lingkungan yang hangat, yang relatif konstan, masuk dalam lingkungan yang suhunya berfluktuasi dengan cepat. Mekanisme kontrol suhu masih imatur. Lansia mempunyai rentang suhu tubuh yang lebih sempit dari dewasa awal. Suhu oral 35°C tidak lazim pada lansia pada cuaca dingin namun, rentang suhu tubuh pada lansia sekitar 36°C.
b. Olahraga
Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplay darah dan pemecahan karbohidrat dan lemak. Hal ini menyebabkan peningkatan metabolisme dan produksi panas. Segala jenis olahraga dapat meningkatkan produksi panas akibatnya meningkatkan suhu tubuh.
c. Kadar hormon
Secara umum, wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih besar dibandingkan pria. Variasi hormon secara siklus menstruasi menyebabkan fluktuasi suhu tubuh.
d. Irama sirkadian
Suhu tubuh berubah secara normal 0,5° sampai 1°C selama periode 24 jam. Bagaimanapun, suhu merupakan irama paling stabil pada manusia. Suhu tubuh biasanya paling rendah antara pukul 1:00 dan 4:00 dini hari. Sepanjang hari suhu tubuh naik, sampai sekitar pukul 18:00 dan kemudian turun seperti pada dini hari.
e. Stres
Stress fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal dan persarafan, perubahan fisiologi tersebut meningkatkan panas.
f. Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Jika suhu dikaji dalam ruangan yang sangat hangat, klien mungkin tidak mampu meregulasi suhu tubuh melalui mekanisme pengeluaran panas dan suhu tubuh akan naik. Penyebaran efektif dan pengeluaran panas yang konduktif akan terjadi bila klien berada pada ligkungan luar tanpa baju hangat
(Patricia. Anne. 2005. Fundamental of nursing: concept, process, and practice (Edisi 4, volume 1) : 760)
Suhu normal
Suhu oral : 35,8°C-37,3°C
Suhu aksila : 36,9°C-37,1°C
Suhu rectal : 36,1°C-37,8°C
(Johnson, Ruth, dkk. 2004. Buku ajar praktik kebidanan)
2.2.3 Nadi
Nadi adalah aliran darah yang menonjol dan dapat diraba berbagai tempat pada tubuh. Nadi merupakan indikator status sirkulasi. Karakter nadi :
a. Frekuensi
FREKUENSI JANTUNG NORMAL
Usia Frekuensi jantung (denyut/nadi)
Bayi : 120-160
Toddler : 90-140
Prasekolah : 80-110
Usia sekolah: 75-100
Remaja : 60-90
Dewasa : 60-100
Dua jenis ketidaknormalan yang biasa terjadi pada frekuensi nadi adalah takikardia (diatas 100) dan brakikardia (dibwah 60).
b. Irama
Secara normal irama merupakan interval regular yang terjadi antara setiap denyut nadi atau jantung. Interval yang disela oleh denyut di awal atau di akhir atau tidak ada denyut menandakan irama tidak normal atau disritmia.
c. Kekuatan
Kekuatan nadi dapat tetap sama pada setiap denyut jantung. Kekuatan nadi dapat dikelompokkan atau digambarkan dengan kuat, lemah, berurutan atau bersamaan. Hal ini diikutsertakan selama pengkajian terhadap sistem pembuluh darah.
d. Kesamaan
Kedua nadi radialis dikaji untuk membandingkan karakterisktik masing-masing. Nadi pada satu ekstremitas mungkin tidak sama kekuatannya atau tidak ada pada kebanyakan keadaan sakit.
(Patricia. Anne. 2005. Fundamental of nursing: concept, process, and practice (Edisi 4, volume 1) : 781)
2.2.4 Pernapasan
Pernapasan adalah mekanisme tubuh menggunakan pertukaran udara antara atmosfir dengan darah serta darah dengan sel.
a. Mekanisme bernapas
Inspirasi adalah proses aktif. Selama inspirasi, pusat pernapasan mengirim impuls sepanjang nervus frenik, mengakibatkan difragma berkontrasksi. Ekspirasi merupakan proses pasif. Frekuensi dan kedalaman normal dari ventilasi, eupnea, di interupsi berdesau. Desau, napas lebih dalam yang panjang adalah mekanisme fisiologis protektif untuk mencegah udara bertukar di jalan udara kecil yang mengembang dengan alveoli selama bernapas normal.
b. Frekuensi
FREKUENSI PERNAPASAN RATA-RATA NORMAL
Usia Frekuensi
BBL : 35-40
Bayi 6 bln : 30-50
Toddler 2 th: 25-32
Anak-anak : 20-30
Remaja : 16-19
Dewasa : 12-20
c. Kedalaman ventilasi
Dikaji dengan mengobservasi derajat penyimpangan atau gerakan dinding dada dan menilai secara subyektif gerakan ventilator sebagai dalam, normal dan dangkal.
d. Irama ventilasi
Dengan bernapas normal interval regular terjadi setelah setiap siklus pernapasan. Irama pernapasan teratur dan tidak teratur.
(Patricia. Anne. 2005. Fundamental of nursing: concept, process, and practice (Edisi 4, volume 1) : 789)
2.2.5 Tekanan Darah
Tekanan darah merupakan kekuatan lateral pada dinding arteri oleh darah yang didorong dengan tekanan dari jantung. Merupakan indikator kardiovaskular. Kontraksi jantung mendorong darah dengan tekanan tekanan tinggi ke aorta. Puncak dari tekanan maksimum saat ejeksi terjadi adalah tekanan sistolik. Pada saat ventrikel relaks, daarah yang tetap dalam arteri menimbulkan tekanan diastolik atau minimum. Faktor yang mempengaruhi tekanan darah :
a. Usia
Tingkat normal tekanan darah bervariasi sepanjang kehidupan
TEKANAN DARAH NORMAL RATA-RATA
Usia Tekanan darah (mmHg)
BBL (300gr) : 85/54
1 bln : 40 (rerata)
1 th : 95/65
6 th : 105/65
10-13 th : 110/65
14-17 th : 120/75
Dewasa tengah: 120/80
Lansia : 140/90
b. Stres
Ansietas, takut, nyeri dan stress emosi mengakibatkan stimulasi simpatik, yang meningkatkan frekuensi darah, curah jantung dan tahanan vascular perifer.
c. Ras
Frekuensi hipertensi pada orang afrika amerika lebih tinggi daripada orang eropa amerika, diyakini berhubungan dengan genetik dan lingkungan.
d. Medikasi
Banyak medikasi yang secara langsung maupun tidak langsung, mempengaruhi tekanan darah. Contoh medikasi yang menurunkan tekanan darah adalah analgesik narkotik, yang dapat menurunkan tekanan darah.
e. Variasi durnal
Tingkat tekanan darah berubah-ubah sepanjang hari, biasanya rendah pada dini hari, secara berangsur-angsur naik menjelang siang dan sore, dan puncaknya pada senja hari atau malam
f. Jenis kelamin
Secara klinis tidak ada perbedaan yang signifikan dari tekanan darah pada anak laki-laki atau perempuan. Setelah pubertas, pria cenderung memiliki bacaan tekanan darah yang lebih tinggi. Setelah menopause, wanita cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi daripada pria pada usia tersebut.
(Patricia. Anne. 2005. Fundamental of nursing: concept, process, and practice (Edisi 4, volume 1) : 794)
***
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengumpulan Data
Tanggal masuk : 5 Agustus 2011 No. reg : 05-45-05
Jam : 06.00
3.1.1 Identitas Pasien
Nama pasien : Ny. W Nama suami : Ny. W
Usia : 26 tahun Usia : 27 tahun
Jenis kelamin : perempuan Jenis kelamin : laki-laki
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : Perguruan tinggi Pendidikan : Perguruan tinggi
Pekerjaan : Guru Pekerjaan : Guru
Alamat : Sukomoro, Nganjuk
3.1.2 Anamnesa
a. Keluhan utama
Ibu mengatakan telah melahirkan 6 jam yang lalu dan perut masih terasa mules.
b. Riwayat persalinan
1) Persalinan sekarang
a) Tempat melahirkan : RS TNI AU Soemitro
b) Jenis persalinan : Spt B
c) Penyulit persalinan : -
d) Penolong : Dokter dan bidan
Bayi
a) Lahir : 5-8-2011
b) BB / PB : 3600 gr / 48 cm
c) AS : 7-8
d) Cacat bawaan : (-)
e) Anus : (+)
f) Masa gestasi : 38-39 minggu
2) Persalinan yang lalu
(tabel)
Suami ke Anak ke kehamilan persalinan Bayi nifas KB
usia panyakit jenis penyulit tempat penolong L/P
BB/PB AS keadaan umur penyulit laktasi
1 HAMIL INI
2
3
4
c. Pola kebutuhan sehari-hari
NO KEBUTUHAN DASAR PENJELASAN
1. Nutrisi Sebelum persalinan : Makan 3x/hari 1 porsi, minum ±8 gelas/hari
Setelah persalinan : Makan 1x 1 porsi, minum ±2 gelas
2. Eliminasi Sebelum persalinan : BAK 4-5x/hari, BAB 1x/hari
Setelah persalinan : BAK 200 cc, BAB (-)
3. Istirahat dan tidur Sebelum persalinan : Tidur malam ± 7 jam, tidur siang ± 1 jam/hari
Setelah persalinan : Ibu baru tidur ± 3 jam setelah persalinan
4. Aktifitas Sebelum persalinan : aktifitas mengajar sudah dihentikan selain itu melakukan kegiatan IRT (memasak, menyapu dan menyuci)
Setelah persalinan : belum melakukan aktifitas apapun dan masih terbaring di tempat tidur
5. Personal higiene Sebelum persalinan : Mandi 2x/hari, ganti baju 2x/hari
Setelah persalinan : Ibu dimandikan di atas tempat tidur dan digantikan baju oleh petugas
3.2 Data Obyektif
Keadaan umum : cukup
Kesadaran : composmentis
TTV : TD :110/85 mmHg N : 85x/menit
S : 36°C RR : 23x/menit
Pemeriksaan fisik
Rambut : bersih (+)
uban (-)
Kepala : benjolan (-)
lesi (-)
Muka : icterus (-)
pucat (-)
Mata : conjungtiva anemis (-)
sklera icterus (-)
Hidung : polip (-)
pernapasan cuping hidung (-)
Mulut : karang gigi (+)
caries gigi (-)
Telinga : benda asing (-)
keluaran (-)
Leher : pembesaran kelenjar tirod (-)
Dada & thorax : ronchi (-)
wheezing (-)
Ketiak : pembesaran kelenjar limfe (-)
Payudara : bentuk : bulat & tegang
Putting susu : menonjol
Perut : hyperpigmentasi (-)
Linea nigra & striae (-)
Ekstremitas : reflek patella (+/+)
oedeme (-)
3.3 Prosedur Tindakan
3.3.1 Persiapan alat
a. Baki dan alasnya
b. Handscoon bersih pada tempatnya
c. Tensimeter
d. Stetoskop
e. Jam tangan yang ada jarum detiknya
f. Termometer aksila
g. Botol berisi air desinfektan
h. Botol berisi air sabun
i. Botol berisi air bersih
j. Tissue dalam tempatnya
k. Vaselin
l. bengkok
m. Waskom berisi larutan chlorine 0,5%
n. Format TTV, pensil blue red
3.3.2 Persiapan petugas
a. Memakai skort
b. Menyiapkan alat-alat dengan rapi
c. Mencuci tangan “7 langkah” dan mengeringkan dengan handuk kering
d. Mendekatkan alat-alat ke dekat pasien
3.3.3 Persiapan pasien
a. Memberi salam
b. Mengenalkan diri pada pasien/keluarga
c. Menjelaskan tujuan dilakukan tindakan
d. Memberitahu prosedur tindakan yang akan dilakukan
e. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin (Lying down). Jika pasien baru melakukan aktifitas, tunggu 30 menit.
3.3.4 Langkah-langkah
a. Memakai handscoon
1) Suhu aksila
a) Meminta pasien membuka pakaian atasnya
b) Bersihkan dan mengeringkan ketiak pasien dengan tissue
c) Memeriksa termometer aksila dan menurunkan air raksa sampai angka 35°C
d) Memasang thermometer di tengah-tengah ketiak pasien dan meminta pasien menjepit thermometer dengan lengannya lalu melipatkan lengan pasien ke dada
e) Menunggu ±5 menit
f) Mengangkat thermometer, kemudian dibersihkan dengan tissue dari atas kea rah reservoir
g) Membaca hasil
h) Menurunkan air raksa sampai angka 35°C
i) Membersihkan thermometer dengan mencelupkan ke botol secara beruntun (larutan desinfektan, air sabun, dan air bersih)
j) Mengeringkan dan mengembalikan pada wadahnya
2) Nadi
a) Meletakkan ujung 3 jari tengah pada arteri yang akan diukur, tekan dengan lembut
b) Menghitung jumlah denyut selama 1 menit penuh, dan mengamati jumlah volume (keras/lemah) serta irama (teratur/tidak). Bila nadi tidak teratur, ulangi pengukuran hingga 3x
3) Pernapasan
a) Menghitung naik turunnya dada klien (pernapasan) sambil memegang arteri radialis dan menekukkan ke dada pasien seperti menghitung denyut nadi (mengupayakan agar pasien tidak merasa seperti diobservasi)
b) Pasien tidak diajak bicara
c) Menghitung jumlah pernapasan selama 1 menit, dan mengamati kedalaman serta irama napas
4) Tekanan darah
a) Menggulung lengan baju ke atas
b) Letakkan lengan atas pasien sejajar dengan cara diganjal bantal. Telapak tangan menghadap ke atas
c) Meraba arteri brachialis dengan 2 ujung jari (telunjuk&jari tengah)
d) Memasang mancet ±2,5 cm di arteri tersebut, bagian tengah bladder dipasang di atas arteri dan mancet dipasang melingakari lengan atas dan rekatkan ujungnya
e) Memasang mancet tidak teerlalu erat atau terlalu longgar
f) Letak tensimeter harus datar dan tegak lurus agar sejajar dengan mata pemeriksa
g) Menggunakan stetoskop & meletakkan diafragma stetoskop di atas arteri brachial untuk mendapatkan suara yang maksimal
h) Membuka kunci reservoir dan menutup sekrup balon karet
i) Membuka balon shga udara masuk ke mancet sampai detak arteri tidak terdengar lagi, 30 mmHg di atas nilai sistolik
j) Membuka sekrup balon perlahan dengan kecepatan 2-3 mmHg/detik sambil melihat skala dan mendengarkan bunyi detak pertama (systole) dan detik terakhir (diastole)
k) Waktu membaca skala, pandangan mata sejajar manometer
l) Bila hasilnya meragukan diulang kembali, tunggu 30 detik
m) Menurunkan air raksa sampai 0 (nol) & mengunci reservoir
n) Melepaskan mancet dan mengeluarkan udara yang masih tertinggal di dalam mancet
o) Menggulung mancet dan memasukkan ke dalam tensimeter
b. Memberitahu pasien bahwa prasat sudah selesai dikerjakan
c. Merapikan pasien dan lingkungan
d. Masukkan tangan yang memakai handschoon ke dalam larutan chlorin 0,5% & lepas handschoon dengan cara terbalik
e. Membuang sampah & mengembalikan alat pada tempatnya
f. Petugas mencuci tangan “7 langkah” dan mengeringkan dengan handuk kering
g. Mencatat hasil kegiatan dalam format TTV
3.4 Pembahasan
Tindakan keperawatan dasar pemeriksaan TTV (tanda-tanda vital) yang meliputi pemeriksaan suhu, denyut nadi, pernapasan, dan tekanan darah sebagai indikator sirkulasi, respirasi, fungsi neural, endokrin, dan kardiovaskular tubuh yang dilakukan untuk mengetahui status kesehatan pasien. Tindakan tersebut telah dilakukan pada tanggal 6 agustus 2011 dengan keluhan 6 jam PP, sehingga klien harus dipantau melalui pemeriksaan TTV.
***
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Dalam melakukan suatu asuhan keperawatan pemeriksaan tanda-tanda vital sangat diperlukan. Karena dengan pemeriksaan tersebut kita dapat membuat beberapa diagnosa tentang apa yang dialami oleh klien (pasien). Ada beberapa pemeriksaan, diantaranya adalah pemeriksaan suhu, denyut nadi, pernafasan, dan tekanan darah. Tujuan melakukan pemeriksaan fisik adalah untuk mendapatkan data-data objektif yang nantinya akan dilanjutkan ketahap berikutnya yakni, diagnosa keperawatan.
4.2 Saran
Meskipun pengukuran tanda-tanda vital secara tidak langsung akan mendapatkan nilai yang kurang cermat, maka dalam pemeriksaan dan pengambilan data perlu dilakukan sebaik-baiknya untuk memonitor perkembangan tanda-tanda vital pasien serta untuk mencegah tindakan menyimpang dalam pengelolaan penyakit.
***
DAFTAR PUSTAKA
(Patricia, Anne. 2005. Fundamental of nursing: concept, process, and practice (Edisi 4, volume 1). Jakarta : EGC)
(Johnson, Ruth, dkk. 2004. Buku ajar praktik kebidanan. Jakarta : EGC)
Dosen Pembimbing : Munisah, S. ST
Disusun oleh :
Puspita Kumala Sari
NIM :
10.04.029
Semester / Kelas :
II/A
AKADEMI KEBIDANAN DELIMA PERSADA – GRESIK
TA 2010 – 2011
***
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan hasil study tindakan Keterampilan Dasar Praktek Klinik (KDPK) pada Ny.W dengan diagnose 6 jam postpartum dengan perasat pemeriksaan TTV (Tanda-Tanda Vital) di ruang Teratai 2 RS TNI AU Soemitro Surabaya pada tanggal 5 Agustus 2011.
Laporan hasil study tindakan ini disusun oleh :
Nama : Puspita Kumala Sari
NIM : 10.04.029
Disetujui dan disahkan pada :
Hari :
Tanggal :
Mengetahui,
Pembimbing Akademik Pembimbing Ruangan
Munisah, S. ST
Mahasiswa
Puspita Kumala Sari
10.04.029
***
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan yang MAha Esa atas limpahan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan laporan praktek semester II di RS TNI AU Soemitro Surabaya, yang bertujuan menerapkan ilmu meliputi KDPK dan ilmu penunjang lainnya. Dan tak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada:
1. Sri Utami, S. ST. M. Mkes selaku direktur AKBID Delima Persada Gresik.
2. dr. Mukti A Berlian, Sp. PD selaku kepala Rumah Sakit TNI AU Soemitro Surabaya.
3. Kepala ruangan dan pembimbing praktek di RS TNI AU Soemitro Surabaya.
4. Munisah, S. ST selaku pembimbing praktek di RS TNI AU Soemitro Surabaya.
5. Orang tua serta rekan – rekan mahasiswa yang telah memberikan dukungan dan doa.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan laporan ini masih terdapat kekurangan dan kesalahan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun. Harapan penulis, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca.
Surabaya, Agustus 2011
Penulis
***
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
1.2.2 Tujuan khusus
BAB II Tinjauan Pustaka
2.1 Jenis Prasat
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Pengertian
2.2.2 Suhu
2.2.3 Nadi
2.2.4 Tekanan Darah
2.2.5 Pernapasan
BAB III Tinjauan Kasus
3.1 Pengumpulan Data
3.2.1 Identitas Pasien
3.2.2 Anamnesa
3.2 Data Obyektif
3.3 Prosedur Tindakan
3.3.1 Persiapan alat
3.3.2 Persiapan petugas
3.3.3 Persiapan pasien
3.3.4 Langkah-langkah
3.4 Pembahasan
BAB IV Penutup
4.1 Simpulan
4.2 Saran
DAFTAR PUSTAKA
***
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keterampilan dasar praktek klinik merupakan salah satu ilmu yang mengulas semua tentang keterampilan dasar asuhan tindakan keterampilan dasar asuhan tindakan keperawatan dan kebidanan yang meliputi pemeriksaan fisik, tindakan pengobatan, pengaturan posisi dan kebutuhan dasar manusia.
Dalam kegiatan praktek klinik ini tenaga medis khususnya kami selaku mahasiswa diharapkan mampu melaksanakan keterampilan dasar praktek klinik pada situasi dan keadaan baik sehingga kami memiliki keterampilan kompetensi dan profesionalisme yang tinggi dalam memberikan tanggapan dalam kegiatan praktek ini kami akan mampu menjelaskan tentang kegiatan tindakan keperawatan yang telah kami laksanakan di Rumah Sakit TNI AU Soemitro Surabaya beserta kasus yang kami temukan di ruang BKIA yang telah kami susun dalam bentuk laporan tindakan.
Pemeriksaan TTV (tanda-tanda vital) dengan pengukuran suhu, nadi, pernapasan dan tekanan darah digunakan untuk mengetahui status kesehatan pasien.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan umum
a. Mendokumentasikan kegiatan praktek klinik di Rumah Sakit TNI AU Soemitro Surabaya.
b. Menjelaskan prosedur tindakan keterampilan dasar praktek klinik (prasat) yang dilakukan di ruang Teratai 2 RS TNI AU Soemitro Surabaya.
1.2.2 Tujuan khusus
a. Melatih keterampilan dasar praktek klinik yang meliputi perawatan dasar baik secara langsung maupun tidak langsung.
b. Memeriksa status kesehatan pasien dengan pemeriksaan TT (tanda-tanda vital) pasien.
***
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2. 1 Jenis Perasat
Pemeriksaan TTV (tanda-tanda vital) yang meliputi suhu, nadi, pernapasan dan frekuensi tekanan darah.
2. 2 Landasan Teori
2.2.1 Pengertian
Tanda-tanda vital digunakan sebagai indikator dari status kesehatan, ukuran-ukuran ini menandakan keefektifan sirkulasi, respirasi, fungsi neural dan endokrin tubuh. Karena sangat penting, maka disebut dengan tanda vital.
Tanda vital merupakan cara yang cepat dan efisien untuk memantau kondisi klien atau mengidentifikasi masalah dan mengevaluasi respon klien terhadap intervensi.
(Patricia. Anne. 2005. Fundamental of nursing: concept, process, and practice (Edisi 4, volume 1) : 759)
2.2.2 Suhu
Suhu yang dimaksud adalah “panas” atau “dingin” suatu substansi. Suhu tubuh adalah perbedaan antara jumlah panas yang diproduksi oleh proses tubuh dan jumlah panas yang hilang ke lingkungan luar. Faktor yang mempengaruhi suhu tubuh :
a. Usia
Pada saat lahir, bayi meninggalkan lingkungan yang hangat, yang relatif konstan, masuk dalam lingkungan yang suhunya berfluktuasi dengan cepat. Mekanisme kontrol suhu masih imatur. Lansia mempunyai rentang suhu tubuh yang lebih sempit dari dewasa awal. Suhu oral 35°C tidak lazim pada lansia pada cuaca dingin namun, rentang suhu tubuh pada lansia sekitar 36°C.
b. Olahraga
Aktivitas otot memerlukan peningkatan suplay darah dan pemecahan karbohidrat dan lemak. Hal ini menyebabkan peningkatan metabolisme dan produksi panas. Segala jenis olahraga dapat meningkatkan produksi panas akibatnya meningkatkan suhu tubuh.
c. Kadar hormon
Secara umum, wanita mengalami fluktuasi suhu tubuh yang lebih besar dibandingkan pria. Variasi hormon secara siklus menstruasi menyebabkan fluktuasi suhu tubuh.
d. Irama sirkadian
Suhu tubuh berubah secara normal 0,5° sampai 1°C selama periode 24 jam. Bagaimanapun, suhu merupakan irama paling stabil pada manusia. Suhu tubuh biasanya paling rendah antara pukul 1:00 dan 4:00 dini hari. Sepanjang hari suhu tubuh naik, sampai sekitar pukul 18:00 dan kemudian turun seperti pada dini hari.
e. Stres
Stress fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal dan persarafan, perubahan fisiologi tersebut meningkatkan panas.
f. Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Jika suhu dikaji dalam ruangan yang sangat hangat, klien mungkin tidak mampu meregulasi suhu tubuh melalui mekanisme pengeluaran panas dan suhu tubuh akan naik. Penyebaran efektif dan pengeluaran panas yang konduktif akan terjadi bila klien berada pada ligkungan luar tanpa baju hangat
(Patricia. Anne. 2005. Fundamental of nursing: concept, process, and practice (Edisi 4, volume 1) : 760)
Suhu normal
Suhu oral : 35,8°C-37,3°C
Suhu aksila : 36,9°C-37,1°C
Suhu rectal : 36,1°C-37,8°C
(Johnson, Ruth, dkk. 2004. Buku ajar praktik kebidanan)
2.2.3 Nadi
Nadi adalah aliran darah yang menonjol dan dapat diraba berbagai tempat pada tubuh. Nadi merupakan indikator status sirkulasi. Karakter nadi :
a. Frekuensi
FREKUENSI JANTUNG NORMAL
Usia Frekuensi jantung (denyut/nadi)
Bayi : 120-160
Toddler : 90-140
Prasekolah : 80-110
Usia sekolah: 75-100
Remaja : 60-90
Dewasa : 60-100
Dua jenis ketidaknormalan yang biasa terjadi pada frekuensi nadi adalah takikardia (diatas 100) dan brakikardia (dibwah 60).
b. Irama
Secara normal irama merupakan interval regular yang terjadi antara setiap denyut nadi atau jantung. Interval yang disela oleh denyut di awal atau di akhir atau tidak ada denyut menandakan irama tidak normal atau disritmia.
c. Kekuatan
Kekuatan nadi dapat tetap sama pada setiap denyut jantung. Kekuatan nadi dapat dikelompokkan atau digambarkan dengan kuat, lemah, berurutan atau bersamaan. Hal ini diikutsertakan selama pengkajian terhadap sistem pembuluh darah.
d. Kesamaan
Kedua nadi radialis dikaji untuk membandingkan karakterisktik masing-masing. Nadi pada satu ekstremitas mungkin tidak sama kekuatannya atau tidak ada pada kebanyakan keadaan sakit.
(Patricia. Anne. 2005. Fundamental of nursing: concept, process, and practice (Edisi 4, volume 1) : 781)
2.2.4 Pernapasan
Pernapasan adalah mekanisme tubuh menggunakan pertukaran udara antara atmosfir dengan darah serta darah dengan sel.
a. Mekanisme bernapas
Inspirasi adalah proses aktif. Selama inspirasi, pusat pernapasan mengirim impuls sepanjang nervus frenik, mengakibatkan difragma berkontrasksi. Ekspirasi merupakan proses pasif. Frekuensi dan kedalaman normal dari ventilasi, eupnea, di interupsi berdesau. Desau, napas lebih dalam yang panjang adalah mekanisme fisiologis protektif untuk mencegah udara bertukar di jalan udara kecil yang mengembang dengan alveoli selama bernapas normal.
b. Frekuensi
FREKUENSI PERNAPASAN RATA-RATA NORMAL
Usia Frekuensi
BBL : 35-40
Bayi 6 bln : 30-50
Toddler 2 th: 25-32
Anak-anak : 20-30
Remaja : 16-19
Dewasa : 12-20
c. Kedalaman ventilasi
Dikaji dengan mengobservasi derajat penyimpangan atau gerakan dinding dada dan menilai secara subyektif gerakan ventilator sebagai dalam, normal dan dangkal.
d. Irama ventilasi
Dengan bernapas normal interval regular terjadi setelah setiap siklus pernapasan. Irama pernapasan teratur dan tidak teratur.
(Patricia. Anne. 2005. Fundamental of nursing: concept, process, and practice (Edisi 4, volume 1) : 789)
2.2.5 Tekanan Darah
Tekanan darah merupakan kekuatan lateral pada dinding arteri oleh darah yang didorong dengan tekanan dari jantung. Merupakan indikator kardiovaskular. Kontraksi jantung mendorong darah dengan tekanan tekanan tinggi ke aorta. Puncak dari tekanan maksimum saat ejeksi terjadi adalah tekanan sistolik. Pada saat ventrikel relaks, daarah yang tetap dalam arteri menimbulkan tekanan diastolik atau minimum. Faktor yang mempengaruhi tekanan darah :
a. Usia
Tingkat normal tekanan darah bervariasi sepanjang kehidupan
TEKANAN DARAH NORMAL RATA-RATA
Usia Tekanan darah (mmHg)
BBL (300gr) : 85/54
1 bln : 40 (rerata)
1 th : 95/65
6 th : 105/65
10-13 th : 110/65
14-17 th : 120/75
Dewasa tengah: 120/80
Lansia : 140/90
b. Stres
Ansietas, takut, nyeri dan stress emosi mengakibatkan stimulasi simpatik, yang meningkatkan frekuensi darah, curah jantung dan tahanan vascular perifer.
c. Ras
Frekuensi hipertensi pada orang afrika amerika lebih tinggi daripada orang eropa amerika, diyakini berhubungan dengan genetik dan lingkungan.
d. Medikasi
Banyak medikasi yang secara langsung maupun tidak langsung, mempengaruhi tekanan darah. Contoh medikasi yang menurunkan tekanan darah adalah analgesik narkotik, yang dapat menurunkan tekanan darah.
e. Variasi durnal
Tingkat tekanan darah berubah-ubah sepanjang hari, biasanya rendah pada dini hari, secara berangsur-angsur naik menjelang siang dan sore, dan puncaknya pada senja hari atau malam
f. Jenis kelamin
Secara klinis tidak ada perbedaan yang signifikan dari tekanan darah pada anak laki-laki atau perempuan. Setelah pubertas, pria cenderung memiliki bacaan tekanan darah yang lebih tinggi. Setelah menopause, wanita cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi daripada pria pada usia tersebut.
(Patricia. Anne. 2005. Fundamental of nursing: concept, process, and practice (Edisi 4, volume 1) : 794)
***
BAB III
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengumpulan Data
Tanggal masuk : 5 Agustus 2011 No. reg : 05-45-05
Jam : 06.00
3.1.1 Identitas Pasien
Nama pasien : Ny. W Nama suami : Ny. W
Usia : 26 tahun Usia : 27 tahun
Jenis kelamin : perempuan Jenis kelamin : laki-laki
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : Perguruan tinggi Pendidikan : Perguruan tinggi
Pekerjaan : Guru Pekerjaan : Guru
Alamat : Sukomoro, Nganjuk
3.1.2 Anamnesa
a. Keluhan utama
Ibu mengatakan telah melahirkan 6 jam yang lalu dan perut masih terasa mules.
b. Riwayat persalinan
1) Persalinan sekarang
a) Tempat melahirkan : RS TNI AU Soemitro
b) Jenis persalinan : Spt B
c) Penyulit persalinan : -
d) Penolong : Dokter dan bidan
Bayi
a) Lahir : 5-8-2011
b) BB / PB : 3600 gr / 48 cm
c) AS : 7-8
d) Cacat bawaan : (-)
e) Anus : (+)
f) Masa gestasi : 38-39 minggu
2) Persalinan yang lalu
(tabel)
Suami ke Anak ke kehamilan persalinan Bayi nifas KB
usia panyakit jenis penyulit tempat penolong L/P
BB/PB AS keadaan umur penyulit laktasi
1 HAMIL INI
2
3
4
c. Pola kebutuhan sehari-hari
NO KEBUTUHAN DASAR PENJELASAN
1. Nutrisi Sebelum persalinan : Makan 3x/hari 1 porsi, minum ±8 gelas/hari
Setelah persalinan : Makan 1x 1 porsi, minum ±2 gelas
2. Eliminasi Sebelum persalinan : BAK 4-5x/hari, BAB 1x/hari
Setelah persalinan : BAK 200 cc, BAB (-)
3. Istirahat dan tidur Sebelum persalinan : Tidur malam ± 7 jam, tidur siang ± 1 jam/hari
Setelah persalinan : Ibu baru tidur ± 3 jam setelah persalinan
4. Aktifitas Sebelum persalinan : aktifitas mengajar sudah dihentikan selain itu melakukan kegiatan IRT (memasak, menyapu dan menyuci)
Setelah persalinan : belum melakukan aktifitas apapun dan masih terbaring di tempat tidur
5. Personal higiene Sebelum persalinan : Mandi 2x/hari, ganti baju 2x/hari
Setelah persalinan : Ibu dimandikan di atas tempat tidur dan digantikan baju oleh petugas
3.2 Data Obyektif
Keadaan umum : cukup
Kesadaran : composmentis
TTV : TD :110/85 mmHg N : 85x/menit
S : 36°C RR : 23x/menit
Pemeriksaan fisik
Rambut : bersih (+)
uban (-)
Kepala : benjolan (-)
lesi (-)
Muka : icterus (-)
pucat (-)
Mata : conjungtiva anemis (-)
sklera icterus (-)
Hidung : polip (-)
pernapasan cuping hidung (-)
Mulut : karang gigi (+)
caries gigi (-)
Telinga : benda asing (-)
keluaran (-)
Leher : pembesaran kelenjar tirod (-)
Dada & thorax : ronchi (-)
wheezing (-)
Ketiak : pembesaran kelenjar limfe (-)
Payudara : bentuk : bulat & tegang
Putting susu : menonjol
Perut : hyperpigmentasi (-)
Linea nigra & striae (-)
Ekstremitas : reflek patella (+/+)
oedeme (-)
3.3 Prosedur Tindakan
3.3.1 Persiapan alat
a. Baki dan alasnya
b. Handscoon bersih pada tempatnya
c. Tensimeter
d. Stetoskop
e. Jam tangan yang ada jarum detiknya
f. Termometer aksila
g. Botol berisi air desinfektan
h. Botol berisi air sabun
i. Botol berisi air bersih
j. Tissue dalam tempatnya
k. Vaselin
l. bengkok
m. Waskom berisi larutan chlorine 0,5%
n. Format TTV, pensil blue red
3.3.2 Persiapan petugas
a. Memakai skort
b. Menyiapkan alat-alat dengan rapi
c. Mencuci tangan “7 langkah” dan mengeringkan dengan handuk kering
d. Mendekatkan alat-alat ke dekat pasien
3.3.3 Persiapan pasien
a. Memberi salam
b. Mengenalkan diri pada pasien/keluarga
c. Menjelaskan tujuan dilakukan tindakan
d. Memberitahu prosedur tindakan yang akan dilakukan
e. Mengatur posisi pasien senyaman mungkin (Lying down). Jika pasien baru melakukan aktifitas, tunggu 30 menit.
3.3.4 Langkah-langkah
a. Memakai handscoon
1) Suhu aksila
a) Meminta pasien membuka pakaian atasnya
b) Bersihkan dan mengeringkan ketiak pasien dengan tissue
c) Memeriksa termometer aksila dan menurunkan air raksa sampai angka 35°C
d) Memasang thermometer di tengah-tengah ketiak pasien dan meminta pasien menjepit thermometer dengan lengannya lalu melipatkan lengan pasien ke dada
e) Menunggu ±5 menit
f) Mengangkat thermometer, kemudian dibersihkan dengan tissue dari atas kea rah reservoir
g) Membaca hasil
h) Menurunkan air raksa sampai angka 35°C
i) Membersihkan thermometer dengan mencelupkan ke botol secara beruntun (larutan desinfektan, air sabun, dan air bersih)
j) Mengeringkan dan mengembalikan pada wadahnya
2) Nadi
a) Meletakkan ujung 3 jari tengah pada arteri yang akan diukur, tekan dengan lembut
b) Menghitung jumlah denyut selama 1 menit penuh, dan mengamati jumlah volume (keras/lemah) serta irama (teratur/tidak). Bila nadi tidak teratur, ulangi pengukuran hingga 3x
3) Pernapasan
a) Menghitung naik turunnya dada klien (pernapasan) sambil memegang arteri radialis dan menekukkan ke dada pasien seperti menghitung denyut nadi (mengupayakan agar pasien tidak merasa seperti diobservasi)
b) Pasien tidak diajak bicara
c) Menghitung jumlah pernapasan selama 1 menit, dan mengamati kedalaman serta irama napas
4) Tekanan darah
a) Menggulung lengan baju ke atas
b) Letakkan lengan atas pasien sejajar dengan cara diganjal bantal. Telapak tangan menghadap ke atas
c) Meraba arteri brachialis dengan 2 ujung jari (telunjuk&jari tengah)
d) Memasang mancet ±2,5 cm di arteri tersebut, bagian tengah bladder dipasang di atas arteri dan mancet dipasang melingakari lengan atas dan rekatkan ujungnya
e) Memasang mancet tidak teerlalu erat atau terlalu longgar
f) Letak tensimeter harus datar dan tegak lurus agar sejajar dengan mata pemeriksa
g) Menggunakan stetoskop & meletakkan diafragma stetoskop di atas arteri brachial untuk mendapatkan suara yang maksimal
h) Membuka kunci reservoir dan menutup sekrup balon karet
i) Membuka balon shga udara masuk ke mancet sampai detak arteri tidak terdengar lagi, 30 mmHg di atas nilai sistolik
j) Membuka sekrup balon perlahan dengan kecepatan 2-3 mmHg/detik sambil melihat skala dan mendengarkan bunyi detak pertama (systole) dan detik terakhir (diastole)
k) Waktu membaca skala, pandangan mata sejajar manometer
l) Bila hasilnya meragukan diulang kembali, tunggu 30 detik
m) Menurunkan air raksa sampai 0 (nol) & mengunci reservoir
n) Melepaskan mancet dan mengeluarkan udara yang masih tertinggal di dalam mancet
o) Menggulung mancet dan memasukkan ke dalam tensimeter
b. Memberitahu pasien bahwa prasat sudah selesai dikerjakan
c. Merapikan pasien dan lingkungan
d. Masukkan tangan yang memakai handschoon ke dalam larutan chlorin 0,5% & lepas handschoon dengan cara terbalik
e. Membuang sampah & mengembalikan alat pada tempatnya
f. Petugas mencuci tangan “7 langkah” dan mengeringkan dengan handuk kering
g. Mencatat hasil kegiatan dalam format TTV
3.4 Pembahasan
Tindakan keperawatan dasar pemeriksaan TTV (tanda-tanda vital) yang meliputi pemeriksaan suhu, denyut nadi, pernapasan, dan tekanan darah sebagai indikator sirkulasi, respirasi, fungsi neural, endokrin, dan kardiovaskular tubuh yang dilakukan untuk mengetahui status kesehatan pasien. Tindakan tersebut telah dilakukan pada tanggal 6 agustus 2011 dengan keluhan 6 jam PP, sehingga klien harus dipantau melalui pemeriksaan TTV.
***
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Dalam melakukan suatu asuhan keperawatan pemeriksaan tanda-tanda vital sangat diperlukan. Karena dengan pemeriksaan tersebut kita dapat membuat beberapa diagnosa tentang apa yang dialami oleh klien (pasien). Ada beberapa pemeriksaan, diantaranya adalah pemeriksaan suhu, denyut nadi, pernafasan, dan tekanan darah. Tujuan melakukan pemeriksaan fisik adalah untuk mendapatkan data-data objektif yang nantinya akan dilanjutkan ketahap berikutnya yakni, diagnosa keperawatan.
4.2 Saran
Meskipun pengukuran tanda-tanda vital secara tidak langsung akan mendapatkan nilai yang kurang cermat, maka dalam pemeriksaan dan pengambilan data perlu dilakukan sebaik-baiknya untuk memonitor perkembangan tanda-tanda vital pasien serta untuk mencegah tindakan menyimpang dalam pengelolaan penyakit.
***
DAFTAR PUSTAKA
(Patricia, Anne. 2005. Fundamental of nursing: concept, process, and practice (Edisi 4, volume 1). Jakarta : EGC)
(Johnson, Ruth, dkk. 2004. Buku ajar praktik kebidanan. Jakarta : EGC)
Label:
kebidanan
0
komentar
Pentingnya Kualitas Tidur
Diposting oleh
pita's house .::stikes delima persada::.
di
01.37
Rabu, 26 Januari 2011
Banyak sekali masalah kesehatan di dunia ini, salah satunya adalah masalah kesehatan akibat kurang tidur atau sulit tidur. Jika ada seorang remaja di sekolah sering murung, suka merajuk atau cemberut dan tak semangat bisa jadi tanpa disadari, anak usia remaja tersebut mengalami kurang tidur. Jangan salahkan hormon jika mereka suka menjadi remaja pemberontak, karena hal ini mungkin bisa terjadi akibat kurang tidur yang cukup.
Menurut para ahli, remaja yang tidak mendapatkan istirahat yang cukup bisa mengalami kondisi mengkhawatirkan seperti murung dan tidak komunikatif. Para ahli pun menyarankan untuk segera mengatasi masalah ini, terutama jika remaja di sekolah lebih sering menjadi pemarah.
Seperti dikutip dari laman dailymail.co.uk, saat ini pelajaran tentang kualitas tidur telah dilakukan di beberapa sekolah di Inggris. Para murid diminta untuk meletakkan gadget milik mereka, seperti ponsel, laptop, atau video games saat waktu tidur, yaitu sekitar pukul 9 atau 10 malam.
Kurang tidur dapat memengaruhi kehidupan seksual, daya ingat, kesehatan, penampilan, membuat tubuh “melar” dan banyak sekali gejala-gejala dan efek yang ditimbulkan, oleh karena itu hati - hati jika kurang tidur.
10 hal yang terjadi akibat kurang tidur:
1. Kecelakaan
Harus disadari bahwa kurang tidur juga berdampak pada keselamatan di jalan. Mengantuk dapat memperlambat waktu mengemudi, yang setara ketika mabuk saat menyetir.
Sebuah penelitian yang dilakukan Lembaga Keselamatan Lalu Lintas Jalan Raya Nasional Amerika menunjukkan bahwa kelelahan merupakan penyebab 100.000 kecelakaan mobil dan 1.500 kematian selama setahun di AS. Korbannya orang di bawah umur 25 tahun. Studi yang sama menunjukkan, jika Anda kurang tidur atau memiliki kualitas tidur yang rendah, maka hal itu dapat menyebabkan kecelakaan dan cedera saat bekerja. Dalam sebuah penelitian, pekerja yang mengeluh mengantuk berlebihan pada siang hari rentan terluka saat bekerja dan secara terus-menerus mengalami kecelakaan yang sama saat bekerja.
2. Konsentrasi menurun
Tidur yang baik memainkan peran penting dalam berpikir dan belajar. Kurang tidur dapat memengaruhi banyak hal. Pertama, mengganggu kewaspadaan, konsentrasi, penalaran, dan pemecahan masalah. Hal ini membuat belajar menjadi sulit dan tidak efisien. Kedua, siklus tidur pada malam hari berperan dalam “menguatkan” memori dalam pikiran. Jika tidak cukup tidur, maka seseorang tidak akan mampu mengingat apa yang dipelajari dan dialami selama seharian.
3. Masalah kesehatan serius
Risiko gangguan tidur dan kurang tidur tahap kronis :
a. Penyakit jantung
b. Serangan jantung
c. Gagal jantung
d. Detak jantung tidak teratur
e. Tekanan darah tinggi
f. Stroke
g. Diabetes
4. Gairah seks menurun
Para ahli mengatakan, kurang tidur pada pria dan wanita menurunkan tingkat libido dan dorongan melakukan hubungan seksual. Hal ini dikarenakan energi terkuras, mengantuk, dan tensi yang meningkat.
Bagi pria yang mengidap sleep apnea (masalah pernapasan yang mengganggu saat tidur) kurang tidur menyebabkan gairah seksual lemah. Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism 2002 menunjukkan, hampir semua orang yang menderita sleep apnea memiliki kadar testosteron yang rendah. Hampir setengah dari orang yang menderita sleep apnea parah memiliki tingkat testosteron yang rendah pada malam hari.
5. Menyebabkan depresi
Dalam studi tahun 1997, peneliti dari Universitas Pennsylvania melaporkan bahwa orang-orang yang tidur kurang dari 5 jam per hari selama tujuh hari menyebabkan stres, marah, sedih, dan kelelahan mental. Selain itu, kurang tidur dan gangguan tidur dapat menyebabkan gejala depresi.
6. Mepengaruhi kesehatan kulit
Kebanyakan orang mengalami kulit pucat dan mata bengkak setelah beberapa malam kurang tidur. Keadaan tersebut benar karena kurang tidur yang kronis dapat mengakibatkan kulit kusam, garis-garis halus pada wajah, dan lingkaran hitam di bawah mata.
Bila tidak mendapatkan cukup tidur, tubuh akan melepaskan lebih banyak hormon stres atau kortisol. Dalam jumlah yang berlebihan, kortisol dapat memecah kolagen kulit atau protein yang membuat kulit tetap halus dan elastis. Kurang tidur juga dapat menyebabkan tubuh lebih sedikit mengeluarkan hormon pertumbuhan. Ketika masih muda, hormon pertumbuhan manusia mendorong pertumbuhan. Dalam hal ini, hormon tersebut membantu meningkatkan massa otot, menebalkan kulit, dan memperkuat tulang.
7. Pelupa
Tidak ingin lupa dengan kenangan terbaik dalam hidup? Cobalah perbanyak tidur. Pada tahun 2009, peneliti dari Amerika dan Perancis menemukan bahwa peristiwa otak yang disebut sharp wave ripples bertanggung jawab menguatkan memori pada otak. Peristiwa ini juga mentransfer informasi dari hipokampus ke neokorteks di otak, tempat kenangan jangka panjang disimpan. Sharp wave ripples kebanyakan terjadi pada saat tidur.
8. Tubuh jadi “melar”
Jika mengabaikan efek kurang tidur, maka bersiaplah dengan ancaman kelebihan berat badan. Kurang tidur berhubungan dengan peningkatan rasa lapar dan nafsu makan, dan kemungkinan bisa menjadi obesitas.
Ghrelin merangsang rasa lapar dan leptin memberi sinyal kenyang ke otak dan merangsang nafsu makan. Waktu tidur singkat dikaitkan dengan penurunan leptin dan peningkatan dalam ghrelin. Kurang tidur tak hanya merangsang nafsu makan. Hal ini juga merangsang hasrat menyantap makanan berlemak dan makanan tinggi karbohidrat. Riset yang tengah berlangsung dilakukan untuk meneliti apakah tidur yang layak harus menjadi bagian standar dari program penurunan berat badan.
9. Meningkatkan risiko kematian
Dalam penelitian Whitehall ke-2, peneliti Inggris menemukan bagaimana pola tidur memengaruhi angka kematian lebih dari 10.000 pegawai sipil Inggris selama dua dekade. Berdasarkan hasil penelitian yang dipublikasikan pada 2007, mereka yang telah tidur kurang dari 5-7 jam sehari mengalami kenaikan risiko kematian akibat berbagai faktor. Bahkan kurang tidur meningkatkan dua kali lipat risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular.
10. Merusak penilaian terutama tentang tidur
Kurang tidur dapat memengaruhi penafsiran tentang peristiwa. Keadaan tubuh yang lemas membuat kita tidak bisa menilai situasi secara akurat dan bijaksana. Seseorang yang kurang tidur sangat rentan terhadap penilaian buruk ketika sampai pada saat menilai apa yang kurang terhadap sesuatu.
“Studi menunjukkan bahwa dari waktu ke waktu, orang-orang yang tidur selama 6 jam, bukannya 7 atau 8 jam sehari, mulai merasa bahwa mereka telah beradaptasi dengan keadaan kurang tidur. Mereka sudah terbiasa dengan hal itu,” kata Gehrman. “Tapi jika Anda melihat hasil tes kinerja dan kewaspadaan mental, nilai mereka terus memburuk. Hal itu menjelaskan bagaiamana kurang tidur mengganggu aktivitas kita sehari-hari.”
Dari bacaan di atas dapat diketahui betapa pentingya kualitas tidur karena tingkat kualitas tidur akan mempengaruhi kualitas diri seseorang yang akan berdampak pula pada kualitas hidupnya.
Cara mengatasi gangguan tidur
Beberapa masalah tidur tersebut ada yang dapat diatasi sendiri oleh individu yang bersangkutan dan yang lain memerlukan bantuan dokter. Untuk mengatasinya kita perlu melakukan diagnosis diri atau mengenali masalah terlebih dahulu. Jika sudah bisa diketahui sendiri, tentu tidak perlu lagi konsultasi ke dokter. Misalnya, bila gangguan itu datang dari tempat tidur yang tidak nyaman, kita mesti menggantinya.
Apabila masalahnya sulit diketahui, kita butuh bantuan dokter atau psikiater untuk menyelesaikannya. Biasanya para ahli jiwa akan membantu dengan dua cara, yakni obat yang tepat serta terapi. Secara perlahan, terapis akan mengusahakan supaya obat tidak digunakan sama sekali. Kita juga bisa datang pada dokter spesialis yang kompeten soal gangguan tidur. Di sana kita akan diperiksa secara fisik dan dideteksi dengan alat untuk mencari penyebab gangguan. Dengan menempuh dari berbagai cara tersebut maka dapatkan tidur yang berkualitas. ^.^
Menurut para ahli, remaja yang tidak mendapatkan istirahat yang cukup bisa mengalami kondisi mengkhawatirkan seperti murung dan tidak komunikatif. Para ahli pun menyarankan untuk segera mengatasi masalah ini, terutama jika remaja di sekolah lebih sering menjadi pemarah.
Seperti dikutip dari laman dailymail.co.uk, saat ini pelajaran tentang kualitas tidur telah dilakukan di beberapa sekolah di Inggris. Para murid diminta untuk meletakkan gadget milik mereka, seperti ponsel, laptop, atau video games saat waktu tidur, yaitu sekitar pukul 9 atau 10 malam.
Kurang tidur dapat memengaruhi kehidupan seksual, daya ingat, kesehatan, penampilan, membuat tubuh “melar” dan banyak sekali gejala-gejala dan efek yang ditimbulkan, oleh karena itu hati - hati jika kurang tidur.
10 hal yang terjadi akibat kurang tidur:
1. Kecelakaan
Harus disadari bahwa kurang tidur juga berdampak pada keselamatan di jalan. Mengantuk dapat memperlambat waktu mengemudi, yang setara ketika mabuk saat menyetir.
Sebuah penelitian yang dilakukan Lembaga Keselamatan Lalu Lintas Jalan Raya Nasional Amerika menunjukkan bahwa kelelahan merupakan penyebab 100.000 kecelakaan mobil dan 1.500 kematian selama setahun di AS. Korbannya orang di bawah umur 25 tahun. Studi yang sama menunjukkan, jika Anda kurang tidur atau memiliki kualitas tidur yang rendah, maka hal itu dapat menyebabkan kecelakaan dan cedera saat bekerja. Dalam sebuah penelitian, pekerja yang mengeluh mengantuk berlebihan pada siang hari rentan terluka saat bekerja dan secara terus-menerus mengalami kecelakaan yang sama saat bekerja.
2. Konsentrasi menurun
Tidur yang baik memainkan peran penting dalam berpikir dan belajar. Kurang tidur dapat memengaruhi banyak hal. Pertama, mengganggu kewaspadaan, konsentrasi, penalaran, dan pemecahan masalah. Hal ini membuat belajar menjadi sulit dan tidak efisien. Kedua, siklus tidur pada malam hari berperan dalam “menguatkan” memori dalam pikiran. Jika tidak cukup tidur, maka seseorang tidak akan mampu mengingat apa yang dipelajari dan dialami selama seharian.
3. Masalah kesehatan serius
Risiko gangguan tidur dan kurang tidur tahap kronis :
a. Penyakit jantung
b. Serangan jantung
c. Gagal jantung
d. Detak jantung tidak teratur
e. Tekanan darah tinggi
f. Stroke
g. Diabetes
4. Gairah seks menurun
Para ahli mengatakan, kurang tidur pada pria dan wanita menurunkan tingkat libido dan dorongan melakukan hubungan seksual. Hal ini dikarenakan energi terkuras, mengantuk, dan tensi yang meningkat.
Bagi pria yang mengidap sleep apnea (masalah pernapasan yang mengganggu saat tidur) kurang tidur menyebabkan gairah seksual lemah. Sebuah studi yang diterbitkan dalam Journal of Clinical Endocrinology & Metabolism 2002 menunjukkan, hampir semua orang yang menderita sleep apnea memiliki kadar testosteron yang rendah. Hampir setengah dari orang yang menderita sleep apnea parah memiliki tingkat testosteron yang rendah pada malam hari.
5. Menyebabkan depresi
Dalam studi tahun 1997, peneliti dari Universitas Pennsylvania melaporkan bahwa orang-orang yang tidur kurang dari 5 jam per hari selama tujuh hari menyebabkan stres, marah, sedih, dan kelelahan mental. Selain itu, kurang tidur dan gangguan tidur dapat menyebabkan gejala depresi.
6. Mepengaruhi kesehatan kulit
Kebanyakan orang mengalami kulit pucat dan mata bengkak setelah beberapa malam kurang tidur. Keadaan tersebut benar karena kurang tidur yang kronis dapat mengakibatkan kulit kusam, garis-garis halus pada wajah, dan lingkaran hitam di bawah mata.
Bila tidak mendapatkan cukup tidur, tubuh akan melepaskan lebih banyak hormon stres atau kortisol. Dalam jumlah yang berlebihan, kortisol dapat memecah kolagen kulit atau protein yang membuat kulit tetap halus dan elastis. Kurang tidur juga dapat menyebabkan tubuh lebih sedikit mengeluarkan hormon pertumbuhan. Ketika masih muda, hormon pertumbuhan manusia mendorong pertumbuhan. Dalam hal ini, hormon tersebut membantu meningkatkan massa otot, menebalkan kulit, dan memperkuat tulang.
7. Pelupa
Tidak ingin lupa dengan kenangan terbaik dalam hidup? Cobalah perbanyak tidur. Pada tahun 2009, peneliti dari Amerika dan Perancis menemukan bahwa peristiwa otak yang disebut sharp wave ripples bertanggung jawab menguatkan memori pada otak. Peristiwa ini juga mentransfer informasi dari hipokampus ke neokorteks di otak, tempat kenangan jangka panjang disimpan. Sharp wave ripples kebanyakan terjadi pada saat tidur.
8. Tubuh jadi “melar”
Jika mengabaikan efek kurang tidur, maka bersiaplah dengan ancaman kelebihan berat badan. Kurang tidur berhubungan dengan peningkatan rasa lapar dan nafsu makan, dan kemungkinan bisa menjadi obesitas.
Ghrelin merangsang rasa lapar dan leptin memberi sinyal kenyang ke otak dan merangsang nafsu makan. Waktu tidur singkat dikaitkan dengan penurunan leptin dan peningkatan dalam ghrelin. Kurang tidur tak hanya merangsang nafsu makan. Hal ini juga merangsang hasrat menyantap makanan berlemak dan makanan tinggi karbohidrat. Riset yang tengah berlangsung dilakukan untuk meneliti apakah tidur yang layak harus menjadi bagian standar dari program penurunan berat badan.
9. Meningkatkan risiko kematian
Dalam penelitian Whitehall ke-2, peneliti Inggris menemukan bagaimana pola tidur memengaruhi angka kematian lebih dari 10.000 pegawai sipil Inggris selama dua dekade. Berdasarkan hasil penelitian yang dipublikasikan pada 2007, mereka yang telah tidur kurang dari 5-7 jam sehari mengalami kenaikan risiko kematian akibat berbagai faktor. Bahkan kurang tidur meningkatkan dua kali lipat risiko kematian akibat penyakit kardiovaskular.
10. Merusak penilaian terutama tentang tidur
Kurang tidur dapat memengaruhi penafsiran tentang peristiwa. Keadaan tubuh yang lemas membuat kita tidak bisa menilai situasi secara akurat dan bijaksana. Seseorang yang kurang tidur sangat rentan terhadap penilaian buruk ketika sampai pada saat menilai apa yang kurang terhadap sesuatu.
“Studi menunjukkan bahwa dari waktu ke waktu, orang-orang yang tidur selama 6 jam, bukannya 7 atau 8 jam sehari, mulai merasa bahwa mereka telah beradaptasi dengan keadaan kurang tidur. Mereka sudah terbiasa dengan hal itu,” kata Gehrman. “Tapi jika Anda melihat hasil tes kinerja dan kewaspadaan mental, nilai mereka terus memburuk. Hal itu menjelaskan bagaiamana kurang tidur mengganggu aktivitas kita sehari-hari.”
Dari bacaan di atas dapat diketahui betapa pentingya kualitas tidur karena tingkat kualitas tidur akan mempengaruhi kualitas diri seseorang yang akan berdampak pula pada kualitas hidupnya.
Cara mengatasi gangguan tidur
Beberapa masalah tidur tersebut ada yang dapat diatasi sendiri oleh individu yang bersangkutan dan yang lain memerlukan bantuan dokter. Untuk mengatasinya kita perlu melakukan diagnosis diri atau mengenali masalah terlebih dahulu. Jika sudah bisa diketahui sendiri, tentu tidak perlu lagi konsultasi ke dokter. Misalnya, bila gangguan itu datang dari tempat tidur yang tidak nyaman, kita mesti menggantinya.
Apabila masalahnya sulit diketahui, kita butuh bantuan dokter atau psikiater untuk menyelesaikannya. Biasanya para ahli jiwa akan membantu dengan dua cara, yakni obat yang tepat serta terapi. Secara perlahan, terapis akan mengusahakan supaya obat tidak digunakan sama sekali. Kita juga bisa datang pada dokter spesialis yang kompeten soal gangguan tidur. Di sana kita akan diperiksa secara fisik dan dideteksi dengan alat untuk mencari penyebab gangguan. Dengan menempuh dari berbagai cara tersebut maka dapatkan tidur yang berkualitas. ^.^
Label:
Kesehatan
1 komentar
Film Indonesia
Diposting oleh
pita's house .::stikes delima persada::.
di
10.40
Senin, 24 Januari 2011
Film satu jam saja yang merupakan film terbaru indonesia yang sudah tayang di bioskop , apakah anda telah melihat video trailer film satu jam saja, film yang termasuk genre drama ini tergolong bagus .
Dengan pemain yang terkenal seperti Vino G Bastian, Revalina S Temat, Andhika Pratama, Rano Karno, Widyawati, Marini, Rima Melati, Imey Liem, dengan sutradara Ario Rubbik dan penulis Rano Karno di harapkan film satu jam saja bisa meraih kandidat sebagai film terbaik indonesia seperti halnya film hollywood yang sering merajai box office.
Di bawah ini sinopsis film satu jam saja yang saya dapatkan informasinya di internet :
Andika (Vino G. Bastian), Gadis (Revalina S. Temat) dan Hans (Andhika Pratama), mereka adalah sahabat sejati dan masing-masing berjanji untuk saling menjaga namun tidak saling mencintai. Andika berkesempatan mendapat beasiswa untuk pergi kuliah ke Jerman.
Kedua sahabatnya (Gadis dan Hans) pergi mencarinya untuk menyampaikan kabar gembira tersebut, namun ternyata dalam perjalanan mereka mendapat musibah dan kendaraan yang ditumpanginya mengalami kerusakan, hujan begitu lebat, Hans merencanakan sebuah perbuatan terkutuk dan Gadis harus menerima akibatnya Andika yang sejak lama mencintai Gadis mengambil alih tanggung jawab tersebut walaupun Andika harus kehilangan masa depannya dengan melepas beasiswa kuliah di Jerman.
Namun Hans datang kembali dan ingin merebut Gadis, Sebagai seorang sahabat sejati, Andika lebih memikirkan kebahagiaan Gadis, yang ada dalam pikiranya adalah melindungi sahabat sekaligus istrinya dengan menyembunyikan pertemuannya dengan Hans, Semakin lama Gadis menyadari betapa besar cinta Andika namun waktu tak dapat menunggu kebahagiaan mereka.
Di atas adalah sedikit cerita yang bisa anda baca, untuk mengetahui seluruh alur cerita silahkan anda tonton film satu jam saja di bioskop kesayangan anda. atau download link di bawah.
Sinopsis & Trailer Film Laskar Pemimpi (Project Pop). Kocak nih, film pertama Project Pop yang berjudul Laskar Pemimpi bakal rilis bulan September nanti. Simak dolo sinopsis serta trailer film Laskar Pemimpi persembahan dari Starvision Plus tersebut yuk.
Tanggal pastinya kapan Laskar Pemimpi, the first Project Pop movies, bakal dirilis Blogger Ceria juga belum tahu. Yang pasti bulan September nanti. Hehe. Nah film ini temanya komedi perang & musikal. Selain para personil Project Pop, didukung juga oleh Shanty, Masayu Anastasia, Gading Marten, T Rifnu Wikana, Marcell Siahaan, Candil, dll..
Sutradara : Monty Tiwa
Penulis : Monty & Eric Tiwa
Produksi : Starvision Plus
Genre : Komedi - Perang - Musikal
Sinopsis Film Laskar Pemimpi
Setelah Agresi Belanda ke 2 di bulan Desember 1948, banyak pemuda yang ingin membantu perjuangan bersenjata berbondong-bondong mendaftarkan diri untuk dilatih bertempur. Di antara mereka terdapat Gugum, Oon, Tika, Udjo, Odi dan Yosi (Project Pop)
Pada tahap seleksi keenam pemuda dari latar belakang yang berbeda ini menjadi menonjol karena ketidak kompetenan mereka. Hanya kesungguhan dan ketulusan niat untuk berjuang saja yang membuat komandan perekrutan, Kapten Hadi tidak sampai hati menolak mereka. Walau mendapat protes keras dari Letnan Bowo (Gading Marten) wakilnya, sang kapten membentuk suatu unit non tempur untuk menampung keenam pemuda tersebut.
Tujuan utama pembentukan unit yang diberi nama Laksar Pemimpi ini adalah untuk menghibur pasukan. Karena itu mereka pun mendapat latihan yang berbeda dari para kader lain. Sebagai pelatihnya Kapten Hadi menunjuk Kopral Jono (Dwi Sasono). Ternyata si kopral bengal tidak terima disuruh memimpin unit Laskar Pemimpi dan melampiaskan kekecewaannya pada anak buahnya itu. Sejak hari pertama ia selalu menekan anggota unit Laskar Pemimpi dengan latihan-latihan yang berat. Situasi ini ternyata malah menumbuhkan kedekatan di antara anggota unit Laskar Pemimpi.
Kesempatan itu datang saat unit Laskar Pemimpi diberi peran kecil dalam sebuah penyergapan. Rencana penyergapan gagal total karena ulah unit Laskar Pemimpi. Untunglah Kopral Jono sendiri berhasil selamat dari kejaran Belanda berkat bantuan anak buahnya.
Sementara itu, Kapten Hadi menerima seorang utusan dari Yogyakarta datang menghadap membawa surat penting dari komandan Brigade X yang mengabarkan tanggal penyerbuan besar-besaran ke Yogyakarta.
Mereka bersiap untuk menjalankan tugas mencegat pasukan Belanda yang datang dari arah Semarang. Apa boleh buat, karena peristiwa Kedu, Unit Bagong menjadi tertinggal dalam tugas, tetapi akhirnya mereka sepakat untuk berangkat menyusul pasukan Kapten Hadi yang bertugas menghambat laju pasukan bantuan Belanda ke Yogyakarta.
Ternyata, pasukan Kapten Hadi terhambat dalam perjalanannya ke posisi yang ditentukan. Hambatan itu bisa membuat pasukan bantuan Belanda dari Semarang bisa dengan mudah mencapai Yogyakarta sebelum serangan umum, Sementara itu unit Bagong yang bergerak di belakang mereka berhasil menyusul. Maka, demi keberhasilan misi yang diemban Kapten Hadi tidak punya pilihan lain selain minta Kopral Jono dan anak buahnya masuk ke Semarang demi menghambat laju pasukan pendukung Belanda.
Mereka bersiap untuk menjalankan tugas mencegat pasukan Belanda yang datang dari arah Semarang. Apa boleh buat, karena peristiwa Kedu, Unit Bagong menjadi tertinggal dalam tugas, tetapi akhirnya mereka sepakat untuk berangkat menyusul pasukan Kapten Hadi yang bertugas menghambat laju pasukan bantuan Belanda ke Yogyakarta.
Ternyata, pasukan Kapten Hadi terhambat dalam perjalanannya ke posisi yang ditentukan. Hambatan itu bisa membuat pasukan bantuan Belanda dari Semarang bisa dengan mudah mencapai Yogyakarta sebelum serangan umum, Sementara itu unit Bagong yang bergerak di belakang mereka berhasil menyusul. Maka, demi keberhasilan misi yang diemban Kapten Hadi tidak punya pilihan lain selain minta Kopral Jono dan anak buahnya masuk ke Semarang demi menghambat laju pasukan pendukung Belanda.
Kesempatan untuk membuktikan diri pun, akhirnya datang bagi unit Laskar Pemimpi dan Kopral Jono. Mau lihat filmnya DOWNLOAD di bawah ini .
Label:
Film
0
komentar
Kaspersky Anti Virus
Diposting oleh
pita's house .::stikes delima persada::.
di
06.32
Kaspersky Antivirus
Kaspersky Labs telah mendirikan cukup nama di perangkat lunak keamanan, dan Kaspersky Anti-Virus 2010 terus untuk memperbaiki reputasi mereka. Solusi perangkat lunak antivirus tentunya merupakan salah satu yang terbaik yang tersedia.
Seperti begitu banyak dari antivirus lainnya termasuk paket BitDefender, Kaspersky Anti-Virus adalah solusi antivirus yang lengkap dengan real-time perlindungan dari berbagai ancaman, termasuk virus, Trojans, bots, cacing, dan bahkan spyware. Software lebih dari diperlengkapi untuk keamanan yang menyeluruh, dan memiliki beberapa fitur baru yang menarik tahun ini untuk membantu memerangi ancaman baru.
Fitur yang Mencolok dari Kaspersky Anti-Virus:
* Antivirus for IM
* Gamer Mode
* iSwift technology adjusts scanning to compensate for system load
* URL Advisor for proactive browser security
Kaspersky Internet Security 2011
Kaspersky kembali merilis versi terbarunya yaitu Kaspersky Anti Virus 2011 dan Kaspersky Internet Security 2011. Kaspersky sebagai salah satu Program Anti Virus kini makin meyakinkan dan terkenal ketangguhannya untuk melindungi komputer kita.
Kaspersky dalam mengeluarkan produknya juga terbagi dalam beberapa versi tergantung kebutuhan user. Kaspersky Internet Security lebih ditujukan untuk user (profesional) yang sering beraktivitas di internet, untuk mengamankan malicious code, adware, spyware, hacker attacks, dialers, spam and network fraud. Lalu ada Kaspersky Anti Virus, untuk penggunaan normal dan Kaspersky Mobile Security untuk mobile.
Saya akan memberikan kapada anda, Kaspersky Internet Security 2011 / Kaspersky Antivirus 2011 lengkap dengan key file. Kaspersky Internet Security 2011 sangat cocok digunakan untuk computer/laptop yang sering terhubung ke Internet. Karena ketika kita mengakses internet tentu akan terdapat banyak celah yang bisa masuk kekomputer kita dan menebarkan virus, trojan, malware, adware dan file-file berbahaya lainnya.
Kaspersky Internet Security
Kaspersky Internet Security 2011 adalah suite keamanan lengkap yang menawarkan semua kelebihan Kaspersky Anti-Virus plus beberapa alat tambahan yang melindungi anda dari serangan hacker, pencurian identitas, spam dan phishing.
Dengan tampilan yang sedikit didesain ulang, Kaspersky Internet Security 2011 masih terasa cukup nyaman untuk pendatang baru, sementara termasuk pengaturan konfigurasi yang luas yang memungkinkan pengguna lebih tech-savvy untuk menyesuaikan program sesuai dengan kebutuhan mereka.
Jendela utama di Kaspersky Internet Security 2011 fitur menu sisi kiri dengan beberapa opsi, yang membuka pada area utama saat dipilih. Kaspersky Internet Security 2011 tidak hanya melindungi sistem Anda dari virus, worms, Trojans, spyware dan banyak lagi, tapi juga meliputi bak pasir khusus untuk menjalankan aplikasi berbahaya, dan lapisan keamanan tambahan untuk mengunjungi situs yang berpotensi berisiko dengan cara yang benar-benar aman.
Tambahan menarik lainnya di Kaspersky Internet Security 2011 adalah Profil Gaming (yang menonaktifkan update dan scan dijadwalkan saat Anda sedang bermain) dan alat kontrol orangtua, yang sempurna untuk membatasi dan melacak penggunaan komputer.
Kaspersky Internet Security 2011 juga memberi Anda kesempatan untuk bergabung dengan apa yang disebut Kaspersky Network, layanan online yang meningkatkan respon Kaspersky terhadap ancaman baru, berkat data yang dikumpulkan dari pengguna anonim.
Dengan mesin anti-virus yang kuat, ditambah perlindungan ekstra dari ancaman online lainnya, menemukan setiap kelemahan Kaspersky Internet Security 2011 benar-benar sulit!
Perubahan terbaru Kaspersky Internet Security 2011:
- Baru: Baru Safe Surf fitur untuk keamanan online yang tak tertandingi
- Baru: Sistem teknologi Watcher
- Baru: Akses Mudah Desktop Gadget
- Peningkatan: proaktif perlindungan real-time melawan semua ancaman Internet
- Peningkatan: Perlindungan untuk identitas digital Anda setiap saat
- Peningkatan: Fitur Parental Control yang kaya dan efektif
- Peningkatan: Aplikasi Kontrol mencegah perangkat lunak berbahaya dari membahayakan sistem anda
- Peningkatan: unik Jalankan Safe mode untuk aplikasi & website
- Peningkatan: alat khusus untuk mengobati infeksi bahkan yang paling rumit
- Processor: 800 MHz
- Memory: 512 MB
- Internet Explorer 6,0
- Processor: 1 MHz
- Memori: 1 MB
Kaspersky Security 2011 terdiri dari Kaspersky Internet Security 2011 dan Kaspersky Antivirus 2011. Beberapa keunggulan Kaspersky Security 2011:
- Tampilan desain yang lebih simpel untuk memudahkan penggunanya dalam memakai Kaspersky Security 2011 ini.
- teknologi system Watcher baru, yaitu agar pengguna mampu memonitor semua akitivitas secara penuh, dengan menciptakan dan memodifikasi file, systems calls, dan juga bisa mengubah sistem pada registery.
- Memungkinkan installasi pada PC yang sudah terinfeksi malware.
- Menyelamatkan CD yang sudah terinfeksi malware.
- Memblok program yang mencurigakan.
- Memiliki fitur tombol Quick Access untuk membuka program dengan cepat.
Jika sobat blogger tertarik, silahkan DOWNLOAD di sini.
Label:
Software
0
komentar
Langganan:
Postingan (Atom)